Minggu pagi….
Lila terus saja asyik di depan
televisi. Rupanya film kartun spongebob menghipnotisnya. Ia tidak menghiraukan siapapun di sekitarnya.
“Ayo, Lila, cepat mandi!” Dari ruang tamu ibunya mengingatkan sambil mengepak
bungkusan pakaian. Lila pura-pura tidak
mendengar perintah ibunya, malah
mentertawakan spongebob yang jungkir balik masuk toilet karena
dikejar-kejar Patrick.
“Lilaaa! Mau ikut tidak?” teriak ibu akhirnya
“Ya, ya.. .. ikut Bu…” jawab Lila
malas, “sabar dong…”
“Sabar, sabar bagaimana seh. Ayo,
mandi!”
Ibu Lila sudah selesai mengepak
bungkusan pakaian ke dalam kardus besar, ketika terdengar suara salam.
“Ooo,
Bu Sandi, mari….masuk saja”
sambut ibu Lila setelah menjawab salam.
“Wah, sudah selesai ya, tinggal
diplester. Banyak juga ya, Bu Wati!”
“Ya,
lebih banyak dari tahun kemarin..”
“Maaf, Bu, Tria tidak jadi ikut…”
cerita bu Sandi
“Kenapa, tidak jadi?”
“Ada sepupunya datang tadi malam…”
“O, begitu? Yah diajak sekalian sepupu
Tria, kenapa?”
“Tidak mau… eh, Mbak Lila jadi ikut,
kan?”
“Masya Allah…Lillaaa..” teriak ibunya,
“..belum mandi juga?? Hayo cepet! Neh, Bu Sandi sudah nyamper, sebentar lagi
ibu-ibu pada ke sini..! Lilaaa!”
“Berangkatnya tidak nanti saja, Bu,
kalau filemnya sudah selesai?”
Tanya Lila dari ruang dalam, masih “berjuang” menonton sampai akhir…
“Ah, kamu ya! Pokoknya ibu-ibu datang,
terus berangkat. Kamu belum siap, ditinggal” kata ibu Lila tegas
“Oke, oke…aku mandi!”. Kata Lila, meninggalkan
televisi dengan semangat karena tiba-tiba ia
teringat teman-teman se- Rt juga ikut.
*
Pada pertemuan PKK Rt sebulan yang
lalu Ibu Wati, sebagai Ketua mengingatkan
ibu-ibu bahwa program tahunan bulan Agustus adalah
mengadakan kunjungan ke Panti Asuhan dengan membawa oleh-oleh berupa pakaian bekas.
“Kepada ibu-ibu saya mohon untuk
melibatkan putra-putri dalam kegiatan ini. Dimulai misalnya dengan meminta
kepada mereka untuk dengan rela menyerahkan pakaian minimal satu setel. Lila,
akan saya beri tugas untuk menerima dan mencatat pakaian yang masuk….” Begitu
arahan Bu Wati kepada ibu-ibu
“Wah, bagus juga itu, nanti yang antar
pakaian ke rumah Bu Wati juga anak-anak..”
“Sekalian yang bungkus-bungkus..”
“Ya, saya setuju..”
Sejak diumumkan pengumpulan pakaian
bekas itu, Lila ditemani Ari dan Fitri sibuk menerima teman-teman se-RTnya,
mencatat dan menghitung. Lalu mereka
menentukan waktu kapan mulai membungkus.
Begitulah, suatu sore, dengan dipimpin Bu Wati dan beberapa ibu yang lain, anak-anak di
Rt 04 mengerjakan ‘Proyek Kunjungan ke Panti Asuhan”. Pakaian yang terkumpul
cukup banyak. Setelah diperiksa, ternyata ada pakaian yang tidak satu setel,
misalnya ada kemeja tapi tidak ada celana, ada blus tapi tidak ada roknya.
Jadi, ibu-ibulah yang ‘menjodohkan’
mereka, anak-anak tinggal memasukkan ke dalam plastik bening dan memplesternya
dengan isolasi. Walaupun bekas, semua pakaian
masih bagus, pantas, bahkan sangat pantas dipakai.
Menurut cerita ibu-ibu, anak-anak
sendiri yang memilih untuk diserahkan kepada Panitia. Kata mereka : malu,
kasih pakaian sekali saja, jelek….
Sambil bekerja, mereka bersenda gurau.
Tak disangka, kegiatan itu sangat disukai mereka. Tidak hanya anak-anak
perempuan, tapi juga anak laki-laki, seperti Danang, Alan, Sahid dan Endri.
Apalagi, minuman dan kemilan
selalu menemani mereka, jadi tidak terasa
sudah dua minggu mereka mengerjakan itu…dan pada hari Minggu ini, mereka akan
mengunjungi Panti Asuhan di Kota Slawi. Tentu saja semua anak ingin ikut!
*
Lila sudah rapi ketika teman-teman
bersama ibu mereka datang. Memang
kegiatan ini bukan hanya kegiatan ibu-ibu, sehingga para bapak pun ngumpul. Tentu saja ada pembagian tugas! Siapa sih yang kuat
mengangkat kardus-kardus itu ke dalam mobil?
Kota Slawi hanya beberapa kilometer
dari tempat tinggal mereka,
sangat mudah pergi ke sana. Satu mobil membawa 6 buah kardus pakaian dan
beberapa orang ibu. Dua mobil membawa anak-anak dan ibu mereka. Yang tidak muat
ke dalam mobil, mengendarai motor.
Sesampai di lokasi Panti Asuhan,
rombongan disambut anak-anak Panti berseragam putih-putih dengan rebana di pintu gerbang.
Plak-plak-plak-plak
dhung-dhung-dhung-dhung
Plak-plak-plak-plak dhung-dhung-dhung-dhung
Plak-dhung-plak-dhung.... Plak-dhung-plak-dhung
Dan ini lirik lagunya:
Ya nabi salam ‘alaika ya Rasul salam’alaika
Ya khabib salam ‘alaika salawatullah’alaika
Asrokol badru ‘alaina fahtafat minhul badruhu
Mislakhus ni’ma roaina, qottuya wahdasururi
Anta syamsun anta badrun anta nurun faqomuri
Antaik syiru wa gholi, anta misbakhus suduri
Ya khabibi ya Muhamad ya ‘arus soleh khofiqoaini
Ya muayyadya mumajjad ya imamal qiblataini
Anak-anak panti
berbaris di belakang Pengurus. Suara rebana mengiringi
tuan rumah dan para tamu bersalam-salaman. Semua wajah nampak gembira, senyum
mengembang meliputi suasana Panti.
Lila dan teman-temannya sangat suka irama rebana yang
menghentak-hentak walaupun tidak mengetahui arti dari lirik lagu. Ganang sampai
mengangguk-angguk dan kakinya menghentak tanah mengikuti irama yang gembira itu…
Salah seorang Ibu Pengurus Panti mempersilah rombongan
masuk ke dalam ruangan dan mempersilahkan mereka duduk di kursi yang sudah
ditata rapi. Ibu-ibu Pengurus
duduk terpisah dari anak-anak Panti. Suasana sedikit mencekam hati para tamu,
ketika melihat anak Panti berbagai usia.
Baru sekali ini Lila dan temana-temannya masuk ke dalam
panti. Tahun lalu ketika orang tua mereka mengunjungi sebuah panti di pinggir
kota, anak-anak tidak ikut.
Setelah rombongan
rebana memasuki ruangan dan menggabungkan diri duduk bersama teman-temannya, dari
pojok ruangan, seorang anak laki-laki berdiri dan mengucap salam dengan wibawa.
Dengan
membaca basmallah ia memulai acara dimulai dengan mempersilahkan
rombongan tamu
menyampaikan kata sambutan.
Setelah memperkenalkan namanya, Pak Sahri, ayah Lila, sebagai Ketua Rt mewaikli rombongan menyampaikan pidato
singkat :
“Tujuan kami ke Panti ini adalah silaturahmi. Kami sengaja mengajak anak-anak, dengan
tujuan agar mereka bisa berkenalan
atau mengenal anak-anak Panti sehingga
di antara mereka terjalin persahabatan. Kami membawa oleh-oleh, mohon
bisa diterima dengan baik. Janganlah oleh-oleh itu dilihat dari bendanya, tapi lihatlah dari niat baik
kami, karena semua itu berasal dari anak-anak untuk
teman-treman di Panti”
Kemudian Pak Sahri memperkenalkan satu persatu rombongan
yang dibawanya dengan menyebut nama. Yang disebut namanya diminta berdiri
sambil member isyarat mengucap salam, yaitu menangkupkan kedua tangannya,
tersenyum dan mengangguk.
Begitulah, setelah para orang tua, anak-anak pun disebut
namanya. Tentu saja yang pertama adalah nama Lila! Yang dipanggil langsung
berdiri.
“Hai!’ sapa Lila ke arah anak-anak sambil melambaikan tangan dan
memamerkan giginya. Kemudian Ari, Fitri, Sahid, Danang. Irvan, dan semua anak
dipanggil namanya. Oya, ternyata Tria anak Bu Sandi dan saudara sepupunya, Zahra
ikut bersama mereka.
Semua menirukan gaya Lila : ber-hai, melambaikan
tangan dan tersenyum! Sementara anak-anak panti malu-malu menyambut lambaian
tangan tamunya dengan tersenyum….
“Begitulah, Bapak dan Ibu…gaya anak-anak ketika berkenalan ..” begitu
komentar Pak Sahri yang disambut tertawa para hadirin.
Pidato Pak Sahri disambut oleh Ibu Ketua Pengurus Panti
yang diperkenalan oleh protokol bernama Ibu Hajah Siti Wulandari. Beliau
mengucapkan selamat datang kepada
rombongan.Kemudian menyampaikan rasa syukur dan terimakasih dan secara
singkat menyampaikan keadaan dan kegiatan Panti yang berdiri sejak tahun 1978.
Juga menceritakan para penghuni yang sudah meninggalkan Panti karena sudah
dinilai mandiri. Ibu Hajah Siti Wulandari dengan bangga bercerita tentang
beberapa penghuni Panti yang sukses menjadi pengusaha, guru dan pegawai,
pedagang. Sebagian dari mereka berhasil menjadi Sarjana dengan berbagai jurusan
ilmu.
Semua yang hadir berdecak kagum. Kemudian beliau
memperkenalkan para Pengurus yang hanya 5 orang, empat perempuan satu
laki-laki. Lila dan teman-temannya sangat antusias ketika Ibu Ketua memperkenalkan
penghuni Panti.
Yang pertama diperkenalan adalah protokol. Namanya
Zainal, duduk di kelas 6, menjadi penghuni panti sejak usia 6 tahun. Ayahnya
meninggal ketika ia berusia 3 tahun. Kemudian ibunya menyusul ayahnya ketika usia 5 tahun….
Tamu rombongan terkesiap, antara kagum dan kasihan
mendengar penjelasan itu. Zainal menangkupkan kedua tangannya sambil membungkuk dan merendahkan
badannya ke arah para tamu.
Satu persatu anak Panti diperkenalkan dengan menyebut
nama dan sekolah mereka. Kemudian Zainal menutup acara dengan meminta seluruh
yang hadir membaca hamdallah. Setelah mengucap salam, Zainal, memperrsilahkan
para tamu melihat-lihat Panti…
“Hayo, anak-anak kalian boleh bermain di luar, boleh juga
masuk ke kamar. Anak perempuan masuk kamar anak perempuan…” Ibu Hj Siti
Wulandari mengumumkan. Anak-anak langsung
saling membaur. Lila dan teman-temannya mengikuti Salmah, anak yang paling
besar ke kamar mereka.
Kamar mereka sederhana, tapi rapi. Ada empat tempat tidur
kayu susun. Lemari di samping tempat
tidur yang digunakan untuk dua anak.
“Ada berapa kamar seperti ini?” Tanya Lila
“Ada dua, tuh di sebelah, tapi di sana hanya 6 anak…”
“Di mana kalian belajar?’
“Ada ruang belajar di sana. Mau lihat?”
“Ada televisi?”
“Ada di ruang keluarga, sebelah ruang makan. Kami jarang
nonton tv…..tidak
sempat. Waktu nonton sudah dijadwal oleh Ibu..” Salmah menjelaskan.
Letak Panti Asuhan ini sangat bagus, di tengah kota.
Halamannya
luas. Ada kolam ikan yang cukup luas, yang diapit beberapa petak kebun yang
ditanami sayur mayur dan tanaman obat. Ada jembatan kecil yang melengkung di
atas kolam. Ada beberapa ayunan yang
terbuat dari ban mobil bekas. Anak-anak Panti menemani Lila dan teman-teman
‘menjelajah’ lingkungan dengan gembira.
Benar sekali kata Pak Sandi kepada Tria dan Zahra : kalau tidak ikut pasti rugi! Walaupun Zahra adalah tamu Tria, tapi
Lila dan teman-temannya sangat ramah kepadanya.
Anak laki-laki memberi makan ikan dari atas jembatan.
Para orang tua membentuk beberapa kelompok
ngobrol ditemani tuan rumah sambil memperahatikan anak-anak. Semua nampak bahagia!
Tentu anak-anak masih ingin bermain, maklumlah, semua
baru saja mendapat teman baru. Tapi Pak
Sahri dengan suara lantang memanggil anak-anak untuk berkumpul di halaman depan.
“Yaaahhhhh….’ Begitu seru anak-anak dengan kecewa.
Pak Sahri berpamitan :
“Bapak dan Ibu mengerti bahwa kalian belum inging
berpisah, karena baru saja berkenalan, tapi apa boleh buat, kita memang harus
pulang. Insya Allah, ini adalah kunjungan kami yang pertama. Setelah hari ini kami, terutama anak-anak
akan sering bermain ke sini… Bolehkah anak-anak?” Tanya Pak Sahri kepada anak-anak
Panti
“Boleeeehhh Paaaaak…” sahut mereka kompak, bersemangat. Semua yang hadir tertawa. Bahkan Sahid
dan Danang mengacungkan kedua jempol ke arah Zainal dan teman-temannya.
“Baiklah, kami mohon pamit,
wassalamu’alaikumsalamwarahmatullahi wabarakutuuh”. Tuan rumah menjawab salam
Pak Sahri. Nampak Ibu Siti Wulandari menggamit Zainal. Yang digamit langsung
mengucap salam dengan suara lantang, sehingga semua terdiam.
“Bapak dan ibu, terutama para sahabat baruku, kami mengucapkan terimaksih
atas kunjungan ini. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu. Dan bolehkah
kami mengujungi rumah kalian, teman-teman???” Tak
disangka-sangka Zainal akan balik bertanya! Tentu rombongan tamu menjawab dengan serempak :
“Boleeh, boleh bangeeet!” Ada beberapa anak laki-laki
yang membalas mengacungkan jempol-jempol mereka ke arah Danang dan Sahid.
“Selamat jalan Bapak dan ibu….… selamat jalan
teman-teman, wa’alaikumsalamwarahmatullah wabarakatuh” suara Zainal seperti tersekat ditenggorokan. Acara salaman dan saling
peluk membuat suasana sangat mengharukan. Ibu-ibu bahkan ada yang menangis
memeluk anak Panti. Juga anak-anak perempuan. Tapi anak-anak Panti sudah terbiasa
pandai menahan perasaan, walaupun hati mereka sedih, tapi tidak ada yang cengeng!
*
Bagi Lila dan teman-teman se-RT, pertemuan itu sungguh
sangat membekas di dalam hati. Dalam perjalanan pulang mereka mengungkapkan
kesan-kesan kunjungan itu.
“Aku salut banget sama Zainal! Sekecil itu sudah berani ngomong di depan orang
banyak, pakai microphone lagi! Keren
bangetlah!” komentar Danang
“Salmah! Aku juga kagum sama Salmah masih seumuran kita
ya, sudah pandai mengatur,
pandai bekerja, sekolah…” sahut Lila
“Kamu lihat tidak, Si Lisa……. Kelas dua SD bisa nyapu,
membereskan tempat tidur…ya ammpuuun hebat lah…”
“Mereka tidak punya playstation, ya?”
“Ya enggaaakk la yaouw! Memang di rumah
kamuuuu…”
“hehehehehehe…”
“Naahh… sekarang baru merasa kan, kalian semua adalah anak manjaaa…” tiba-tiba Pak Budiman ayah
Danang yang sedang stir mobil berkomentar.
“Bukan manjaaa sih Paaakkk…” sahut anak-anak
“Lha, kalau bukan manja apa? Semua dikerjakan pembantu!
Kalian tinggal makan, tidur… cuma disuruh belajar saja waah, malesnya… coba
lihat mereka,
sangat mandiri! Mereka itulah anak-anak yang akan sukses nantinya… dengar
cerita Ibu Siti Wulandari kan?’
“Iya…iyaaaa Paaakkk…” jawab anak-anak sambil tertawa,
tapi dalam hati mereka mengakui seperti yang dikatakan Pak
Budiman.
Lila dan teman-temannya mendapat cerita
yang sama bahwa ana-anak Panti itu hidup
dengan sederhana, teratur dengan banyak kegiatan sejak bangun
sebelum waktu
subuh.
Selesai sholat subuh, olahraga, mandi sarapan, sekolah,
belajar, mengaji, setoran hafalan Al Qur’an. Belum lagi latihan rebana. Begitu masuk panti, mereka
dilatih oleh para Pengasuh untuk mengurus dirinya sendiri mulai dari mandi, mencuci pakaian sendiri. Juga mengerjakan pekerjan
seperti menyapu, cuci piring, membantu menyiapkan makan dan banyak lagi.
Walaupun ada tukang kebun, tetapi
secara berkala mereka merawat kebun, mengurus ikan-ikan bahkan menguras kolam.
Kata Zainal yang paling asyik adalah bila panen. Rame-rame mereka menangkap ikan. Ibu Pengasuh memangil pembeli.
Malam harinya mereka makan dengan lauk istimewa : ikan bakar dengan lalapan dan
sambal yang tidak begitu pedas…
*
Malam itu, sebelum tidur nyaris semua
anak masih teringat sahabat barunya di Panti. Lila mengeluarkan kotak kecil
dari dalam tas yang siang tadi dicangklongnya.
Ia teringat ketika Lisa memeluknya sambil berkata :
“Mbak Lila… kapan-kapan main lagi ya? “
“Insya Allah” Tiba-tiba Lisa memberikan
kotak itu
“Apa ini?”
“Buat Mbak Lila… itu buatanku sendiri,
lho…dipakai ya?”
“Terimaksih…..ya, akan aku pakai!”
Lila sangat penasaran ingin melihat isi
kotak itu. Wow ..ternyata bros kerudung
berbentuk bunga mawar dari kain flanel berwarna merah dan berdaun hijau
cerah.
Digenggamnya bros itu dengan hati-hati,
diangkat ke dadanya Mbak Lila pasti akan mengunjungimu lagi, Lisa… tunggu ya…. kata Lila dalam
hati. Tak terasa air mata meleleh di pipinya…
*
Tidak sampai sebulan setelah kunjungan itu, Danang, Sahid dan
Irvan datang ke rumah Lila. Di sana sudah menunggu anak-anak perempuan. Mereka
masing-masing membawa kresek. Ada yang nampak keberatan menentengnya!
Setelah semua duduk di lantai teras,
bersama-sama mereka mengeluarkan isi kresek. Begitu kesepakatannya, tidak boleh
ada yang mendahului! Wooow ternyata ada
banyak benda : buku, topi, dan maianan.
“Sekarang kita kemas barang-barang ini”
ajak Lila
“Sudah beli plastik, belum?”
“Oo, beres..”
“Eh, kalau menurutku kita pilih dulu
mainan ini…” kata salah seorang anak, “soalnya kata mereka ada mainan yang
dilarang…’
“Betul juga.., tapi yang mana… masa’ ini nggak boleh..” kata yang lain
sambil menyodorkan harmonika
“Kalau itu sih, boleh! Itu kan
mainan pendidikan..”
”Mainan yang mendidik, kaleee..”
“Ya, ya..”
“Boneka?”
“Ya iyalah… Eh, jumlahnya pas tidak?’
“Pas! Sudah kuhitung, semua anak
perempuan dapat boneka..”
“Bagus”
Begitulah…..mereka, lima anak laki dan
tujuh anak perempuan menyiapkan barang-barang itu, dikemas dan dimasukkan ke
dalam kardus. Pada akhirnya
hanya ada beberapa mainan dan topi yang tidak ‘masuk daftar”. Yang paling banyak adalah buku cerita. Yang
merasa membawa topi kecewa.
“Begini saja” usul Sahid, “kunjungan
yang akan datang, khusus kita bawakan topi
untuk anak laki-laki… yang sekarang nggak enak dong, topi cuma empat, yang mau dikasih lebih dari sepuluh..”
“Ya, betul banget, tuh… “.
Para orang tua mereka sangat terkejut
….ketika hari Jumat siang itu mereka berpamitan mengunjungi Panti. Rupanya mereka sepakat bikin kejutan jadi sama sekali tidak
membiacarkan rencana itu dengan ayah dan ibu. Komentar Pak Budiman bahwa mereka anak manja memang sangat
mengena di hati!
Ada empat kardus cukup berat, Sahid dan Danang
bertugas membawa dengan naik becak. Anak laki-laki yang lain naik sepeda. Dan
semua anak perempuan naik angkot. Lila dan teman-temannya datang tanpa pemberitahuan lebih
dulu. Yang mereka tahu : Jumat
adalah hari libur mengaji.
Anak-anak yang diberitahu langsung
berlarian ke lobbi dan mereka
berteriak kegirangan! Lila minta ijin kepada Pengurus Panti untuk membawa kardus
yang berisi boneka ke kamar anak perempuan.. Begitu juga Danang dan Sahid
membawa satu kardus besar ke kamar Zainal.
Dua kardus berisi buku, di bawa Pak Min, pengurus rumah ke perpustakaan…
Lila memeluk Lisa dengan erat, serasa
ingin menangis, tapi ditahan sekuat-kuatnya. Lisa adalah anak panti yang paling
kecil….Setelah pembagian oleh-oleh, Lila dan rombongannya bermain di halaman
belakang. Di sana bertemu dengan anak laki-laki. Ternyata ada kegiatan baru!
Mereka sedang menghias beberapa gerobak.
Bercerita anak-anak Panti:
Setiap tahun, sehari atau dua hari sebelum memasuki bulan
Ramadhan, Panti mengadakan Pawai Marhaban
setelah shalat isya, sebagai tanda suka cita atas datangnya bulan yang
penuh berkah. Marhaban artinya selamat datang.
Grobak hias itu akan membawa group
rebana keliling kota yang ditarik pelan-pelan dengan sepeda motor. Di belakang gerobak akan berbaris anak panti
dengan seragam putih membawa obor. Pengurus juga mengundang anak-anak dan
orang-orang di sekitar Panti untuk mengikuti pawai itu.
Sungguh, sesuatu yang tidak pernah
dialami oleh Lila, Firti, Danang, Sahid dan semua anak di tempat mereka
tinggal.
Betapa senangnya anak-anak Panti ketika
para tamu juga ikut membantu menyelesaikan menghias gerobak.
“Eh, kalian lihat pawainya ya?” ajak
salah seorang
“Insya Allah…”
Walapun rombongan Lila tidak disambut
dengan rebana, dan pidato sambutan, tetapi mereka tahu bahwa sahabat-sahabat
barunya di Panti menyabut dengan tulus dan gembira kedatangan mereka. Tentu
Lila dan teman-temannya ingin nonton Pawai Marhaban, tapi… ah, belum tahu juga,
ya? Yang lebih memungkinkan adalah ‘oleh-oleh topi’…
Menjelang waktu ashar rombongan Lila
meninggalkan Panti dengan bahagia. Betapa lega hatinya, karena telah
menyelipkan oleh-oleh khsusus untuk sahabat
kecilnya : pembatas
buku yang dibuatnya sendiri.. di sana ada tulisan : untuk
Lisa yang kusayangi, dari Mbak Lila.
Ia tahu, Lisa akan menyimpan hadiah itu
untuk waktu yang sangat lama, seperti dirinya menyimpan bros mawar merah yang
menjadi tanda persahabatan
mereka. Sungguh
pengalaman mengunjungi Panti sangat
berkesan bagi semua anak..
***