Kamis, 05 April 2012

PERTEMUAN YANG BERKESAN

By Tofik Rochadi
Minggu pagi….
Lila terus saja asyik di depan televisi. Rupanya film kartun spongebob menghipnotisnya. Ia tidak menghiraukan siapapun di sekitarnya.
“Ayo, Lila,  cepat mandi!” Dari ruang tamu ibunya mengingatkan sambil mengepak bungkusan pakaian.  Lila pura-pura tidak mendengar perintah ibunya,  malah mentertawakan spongebob yang jungkir balik masuk toilet karena dikejar-kejar Patrick.
 “Lilaaa! Mau ikut tidak?” teriak ibu akhirnya
“Ya, ya.. .. ikut Bu…” jawab Lila malas, “sabar dong…”
“Sabar, sabar bagaimana seh. Ayo, mandi!”
Ibu Lila sudah selesai mengepak bungkusan pakaian ke dalam kardus besar, ketika terdengar suara salam.
 “Ooo, Bu Sandi, mari.masuk saja” sambut ibu Lila setelah menjawab salam.
“Wah, sudah selesai ya, tinggal diplester. Banyak juga ya, Bu Wati!”
“Ya,  lebih banyak dari tahun kemarin..”
“Maaf, Bu, Tria tidak jadi ikut…” cerita bu Sandi
“Kenapa, tidak jadi?”
“Ada sepupunya datang tadi malam…”
“O, begitu? Yah diajak sekalian sepupu Tria, kenapa?”
“Tidak mau… eh, Mbak Lila jadi ikut, kan?”
“Masya Allah…Lillaaa..” teriak ibunya, “..belum mandi juga?? Hayo cepet! Neh, Bu Sandi sudah nyamper, sebentar lagi ibu-ibu pada  ke sini..! Lilaaa!”
“Berangkatnya tidak nanti saja, Bu, kalau filemnya sudah selesai?” Tanya Lila dari ruang dalam, masih “berjuang” menonton sampai akhir…
“Ah, kamu ya! Pokoknya ibu-ibu datang, terus berangkat. Kamu belum siap, ditinggal” kata ibu Lila tegas
“Oke, oke…aku mandi!”. Kata Lila, meninggalkan televisi dengan semangat karena tiba-tiba ia teringat teman-teman se- Rt juga ikut.
*
Pada pertemuan PKK Rt sebulan yang lalu Ibu Wati, sebagai Ketua mengingatkan  ibu-ibu bahwa program tahunan bulan Agustus  adalah mengadakan kunjungan ke Panti Asuhan dengan membawa oleh-oleh berupa pakaian bekas.
“Kepada ibu-ibu saya mohon untuk melibatkan putra-putri dalam kegiatan ini. Dimulai misalnya dengan meminta kepada mereka untuk dengan rela menyerahkan pakaian minimal satu setel. Lila, akan saya beri tugas untuk menerima dan mencatat pakaian yang masuk….” Begitu arahan Bu Wati kepada ibu-ibu
“Wah, bagus juga itu, nanti yang antar pakaian ke rumah Bu Wati juga anak-anak..”
“Sekalian yang bungkus-bungkus..”
“Ya, saya setuju..”
Sejak diumumkan pengumpulan pakaian bekas itu, Lila ditemani Ari dan Fitri sibuk menerima teman-teman se-RTnya, mencatat dan menghitung.  Lalu mereka menentukan waktu kapan mulai membungkus.
Begitulah, suatu sore, dengan dipimpin Bu Wati dan beberapa ibu yang lain, anak-anak di Rt 04 mengerjakan ‘Proyek Kunjungan ke Panti Asuhan”. Pakaian yang terkumpul cukup banyak. Setelah diperiksa, ternyata ada pakaian yang tidak satu setel, misalnya ada kemeja tapi tidak ada celana, ada blus tapi tidak ada roknya.
Jadi, ibu-ibulah yang ‘menjodohkan’ mereka, anak-anak tinggal memasukkan ke dalam plastik bening dan memplesternya dengan isolasi. Walaupun bekas, semua pakaian  masih bagus, pantas, bahkan sangat pantas dipakai.
Menurut cerita ibu-ibu, anak-anak sendiri yang memilih untuk diserahkan kepada Panitia. Kata mereka  :  malu,  kasih pakaian sekali saja, jelek….
Sambil bekerja, mereka bersenda gurau. Tak disangka, kegiatan itu sangat disukai mereka. Tidak hanya anak-anak perempuan, tapi juga anak laki-laki, seperti Danang, Alan, Sahid dan Endri. Apalagi, minuman dan kemilan  selalu menemani mereka, jadi tidak terasa sudah dua minggu mereka mengerjakan itu…dan pada hari Minggu ini, mereka akan mengunjungi Panti Asuhan di Kota Slawi. Tentu saja semua anak ingin ikut!
*
Lila sudah rapi ketika teman-teman bersama ibu mereka datang. Memang kegiatan ini bukan hanya kegiatan ibu-ibu, sehingga para bapak pun ngumpul. Tentu saja ada pembagian tugas! Siapa sih yang kuat mengangkat kardus-kardus itu ke dalam mobil?
Kota Slawi hanya beberapa kilometer dari tempat tinggal mereka, sangat mudah pergi ke sana. Satu mobil membawa 6 buah kardus pakaian dan beberapa orang ibu. Dua mobil membawa anak-anak dan ibu mereka. Yang tidak muat ke dalam mobil, mengendarai motor.
Sesampai di lokasi Panti Asuhan, rombongan disambut anak-anak Panti berseragam putih-putih dengan rebana di pintu gerbang.
Plak-plak-plak-plak  dhung-dhung-dhung-dhung
Plak-plak-plak-plak dhung-dhung-dhung-dhung
Plak-dhung-plak-dhung.... Plak-dhung-plak-dhung
Dan ini lirik lagunya:
Ya nabi salam ‘alaika ya Rasul salam’alaika
Ya khabib salam ‘alaika salawatullah’alaika
Asrokol badru ‘alaina fahtafat minhul badruhu
Mislakhus ni’ma roaina, qottuya wahdasururi
Anta syamsun anta badrun anta nurun faqomuri
Antaik syiru wa gholi, anta misbakhus suduri
Ya khabibi ya Muhamad ya ‘arus soleh khofiqoaini
Ya muayyadya mumajjad ya imamal qiblataini

Anak-anak panti berbaris di belakang Pengurus. Suara rebana mengiringi tuan rumah dan para tamu bersalam-salaman. Semua wajah nampak gembira, senyum mengembang meliputi suasana Panti.
Lila dan teman-temannya sangat suka irama rebana yang menghentak-hentak walaupun tidak mengetahui arti dari lirik lagu. Ganang sampai mengangguk-angguk dan kakinya menghentak tanah mengikuti irama yang gembira itu…
Salah seorang Ibu Pengurus Panti mempersilah rombongan masuk ke dalam ruangan dan mempersilahkan mereka duduk di kursi yang sudah ditata rapi. Ibu-ibu Pengurus duduk terpisah dari anak-anak Panti. Suasana sedikit mencekam hati para tamu, ketika melihat anak Panti berbagai usia.
Baru sekali ini Lila dan temana-temannya masuk ke dalam panti. Tahun lalu ketika orang tua mereka mengunjungi sebuah panti di pinggir kota, anak-anak tidak ikut.
Setelah rombongan rebana memasuki ruangan dan menggabungkan diri duduk  bersama teman-temannya, dari pojok ruangan, seorang anak laki-laki berdiri dan mengucap salam dengan wibawa. Dengan membaca basmallah ia memulai acara dimulai dengan mempersilahkan rombongan tamu menyampaikan kata sambutan.
Setelah memperkenalkan namanya,  Pak Sahri, ayah Lila, sebagai Ketua Rt  mewaikli rombongan menyampaikan pidato singkat :
“Tujuan kami ke Panti ini adalah silaturahmi. Kami sengaja mengajak anak-anak, dengan tujuan agar mereka bisa  berkenalan atau  mengenal anak-anak Panti sehingga di antara mereka terjalin persahabatan. Kami membawa oleh-oleh, mohon  bisa diterima dengan baik. Janganlah oleh-oleh itu dilihat dari bendanya, tapi lihatlah dari niat baik kami,  karena  semua itu berasal dari anak-anak untuk teman-treman di  Panti”
Kemudian Pak Sahri memperkenalkan satu persatu rombongan yang dibawanya dengan menyebut nama. Yang disebut namanya diminta berdiri sambil member isyarat mengucap salam, yaitu menangkupkan kedua tangannya, tersenyum dan mengangguk.
Begitulah, setelah para orang tua, anak-anak pun disebut namanya. Tentu saja yang pertama adalah nama Lila! Yang dipanggil langsung berdiri.
“Hai!’ sapa Lila ke arah anak-anak sambil melambaikan tangan dan memamerkan giginya. Kemudian Ari, Fitri, Sahid, Danang. Irvan, dan semua anak dipanggil namanya. Oya, ternyata Tria anak Bu Sandi dan saudara sepupunya, Zahra ikut bersama mereka.
Semua menirukan gaya Lila : ber-hai, melambaikan tangan dan tersenyum! Sementara anak-anak panti malu-malu menyambut lambaian tangan tamunya dengan tersenyum….
“Begitulah, Bapak dan Ibu…gaya  anak-anak ketika berkenalan ..” begitu komentar Pak Sahri yang disambut tertawa para hadirin.
Pidato Pak Sahri disambut oleh Ibu Ketua Pengurus Panti yang diperkenalan oleh protokol bernama Ibu Hajah Siti Wulandari. Beliau mengucapkan selamat datang kepada  rombongan.Kemudian menyampaikan rasa syukur dan terimakasih dan secara singkat menyampaikan keadaan dan kegiatan Panti yang berdiri sejak tahun 1978. Juga menceritakan para penghuni yang sudah meninggalkan Panti karena sudah dinilai mandiri. Ibu Hajah Siti Wulandari dengan bangga bercerita tentang beberapa penghuni Panti yang sukses menjadi pengusaha, guru dan pegawai, pedagang. Sebagian dari mereka berhasil menjadi Sarjana dengan berbagai jurusan ilmu.
Semua yang hadir berdecak kagum. Kemudian beliau memperkenalkan para Pengurus yang hanya 5 orang, empat perempuan satu laki-laki. Lila dan teman-temannya sangat antusias ketika Ibu Ketua memperkenalkan penghuni Panti.
Yang pertama diperkenalan adalah protokol. Namanya Zainal, duduk di kelas 6, menjadi penghuni panti sejak usia 6 tahun. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 3 tahun. Kemudian ibunya menyusul ayahnya ketika usia 5 tahun….
Tamu rombongan terkesiap, antara kagum dan kasihan mendengar penjelasan itu. Zainal menangkupkan kedua tangannya sambil membungkuk dan merendahkan badannya ke arah para tamu.
Satu persatu anak Panti diperkenalkan dengan menyebut nama dan sekolah mereka. Kemudian Zainal menutup acara dengan meminta seluruh yang hadir membaca hamdallah. Setelah mengucap salam, Zainal, memperrsilahkan para tamu melihat-lihat Panti…
“Hayo, anak-anak kalian boleh bermain di luar, boleh juga masuk ke kamar. Anak perempuan masuk kamar anak perempuan…” Ibu Hj Siti Wulandari mengumumkan. Anak-anak  langsung saling membaur. Lila dan teman-temannya mengikuti Salmah, anak yang paling besar ke kamar mereka.
Kamar mereka sederhana, tapi rapi. Ada empat tempat tidur kayu susun.  Lemari di samping tempat tidur yang digunakan untuk dua anak.
“Ada berapa kamar seperti ini?” Tanya Lila
“Ada dua, tuh di sebelah, tapi di sana hanya 6 anak…”
“Di mana kalian belajar?’
“Ada ruang belajar di sana. Mau lihat?”
“Ada televisi?”
“Ada di ruang keluarga, sebelah ruang makan. Kami jarang nonton tv…..tidak sempat. Waktu nonton sudah dijadwal oleh Ibu..” Salmah menjelaskan.
Letak Panti Asuhan ini sangat bagus, di tengah kota. Halamannya luas. Ada kolam ikan yang cukup luas, yang diapit beberapa petak kebun yang ditanami sayur mayur dan tanaman obat. Ada jembatan kecil yang melengkung di atas kolam.  Ada beberapa ayunan yang terbuat dari ban mobil bekas. Anak-anak Panti menemani Lila dan teman-teman ‘menjelajah’ lingkungan dengan gembira.
Benar sekali kata Pak Sandi kepada Tria dan Zahra : kalau tidak ikut pasti rugi!  Walaupun Zahra adalah tamu Tria, tapi Lila dan teman-temannya sangat ramah kepadanya.
Anak laki-laki memberi makan ikan dari atas jembatan. Para orang tua membentuk beberapa kelompok ngobrol ditemani tuan rumah sambil memperahatikan anak-anak. Semua nampak bahagia!
Tentu anak-anak masih ingin bermain, maklumlah, semua baru saja mendapat teman baru.  Tapi Pak Sahri dengan suara lantang memanggil anak-anak untuk berkumpul di halaman depan.
“Yaaahhhhh….’ Begitu seru anak-anak dengan kecewa.
Pak Sahri berpamitan :
“Bapak dan Ibu mengerti bahwa kalian belum inging berpisah, karena baru saja berkenalan, tapi apa boleh buat, kita memang harus pulang. Insya Allah, ini adalah kunjungan kami yang pertama. Setelah hari ini kami, terutama anak-anak akan sering bermain ke sini… Bolehkah anak-anak?” Tanya Pak Sahri kepada anak-anak Panti
“Boleeeehhh Paaaaak…” sahut mereka kompak, bersemangat. Semua yang hadir  tertawa. Bahkan Sahid dan Danang mengacungkan kedua jempol ke arah Zainal dan teman-temannya.
“Baiklah, kami mohon pamit, wassalamu’alaikumsalamwarahmatullahi wabarakutuuh”. Tuan rumah menjawab salam Pak Sahri. Nampak Ibu Siti Wulandari menggamit Zainal. Yang digamit langsung mengucap salam dengan suara lantang, sehingga semua terdiam.
“Bapak dan ibu, terutama para sahabat baruku, kami mengucapkan terimaksih atas kunjungan ini. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu. Dan bolehkah kami mengujungi rumah kalian, teman-teman???”  Tak disangka-sangka Zainal akan balik bertanya! Tentu rombongan tamu  menjawab dengan serempak :
“Boleeh, boleh bangeeet!” Ada beberapa anak laki-laki yang membalas mengacungkan jempol-jempol mereka ke arah Danang dan Sahid.
“Selamat jalan Bapak dan ibu…. selamat jalan teman-teman, wa’alaikumsalamwarahmatullah wabarakatuh” suara Zainal seperti tersekat ditenggorokan. Acara salaman dan saling peluk membuat suasana sangat mengharukan. Ibu-ibu bahkan ada yang menangis memeluk anak Panti. Juga anak-anak perempuan. Tapi anak-anak Panti sudah terbiasa pandai menahan perasaan, walaupun hati mereka sedih, tapi tidak ada yang cengeng!
*
Bagi Lila dan teman-teman se-RT, pertemuan itu sungguh sangat membekas di dalam hati. Dalam perjalanan pulang mereka mengungkapkan kesan-kesan kunjungan itu.
“Aku salut banget sama Zainal! Sekecil itu sudah berani ngomong di depan orang banyak, pakai microphone lagi! Keren bangetlah!” komentar Danang
“Salmah! Aku juga kagum sama Salmah masih seumuran kita ya, sudah pandai mengatur, pandai bekerja, sekolah…” sahut Lila
“Kamu lihat tidak, Si Lisa……. Kelas dua SD bisa nyapu, membereskan tempat tidur…ya ammpuuun hebat lah…”
Mereka tidak punya playstation, ya?”
“Ya enggaaakk la yaouw! Memang di rumah kamuuuu…”
“hehehehehehe…”
“Naahh… sekarang baru merasa kan, kalian semua adalah anak manjaaa…” tiba-tiba Pak Budiman ayah Danang yang sedang stir mobil berkomentar.
“Bukan manjaaa sih Paaakkk…” sahut anak-anak
“Lha, kalau bukan manja apa? Semua dikerjakan pembantu! Kalian tinggal makan, tidur… cuma disuruh belajar saja waah, malesnya… coba lihat mereka, sangat mandiri! Mereka itulah anak-anak yang akan sukses nantinya… dengar cerita Ibu Siti Wulandari kan?’
“Iya…iyaaaa Paaakkk…” jawab anak-anak sambil tertawa, tapi dalam hati mereka mengakui seperti yang dikatakan Pak Budiman.           
Lila dan teman-temannya mendapat cerita yang sama bahwa ana-anak Panti itu  hidup dengan sederhana,  teratur dengan banyak kegiatan sejak bangun sebelum waktu subuh.
Selesai sholat subuh, olahraga, mandi sarapan, sekolah, belajar, mengaji, setoran hafalan Al Qur’an. Belum lagi latihan rebana. Begitu masuk panti, mereka dilatih oleh para Pengasuh untuk  mengurus dirinya sendiri mulai dari mandi,   mencuci pakaian sendiri. Juga mengerjakan pekerjan seperti menyapu, cuci piring, membantu menyiapkan makan dan banyak lagi.
Walaupun ada tukang kebun, tetapi secara berkala mereka merawat kebun, mengurus ikan-ikan bahkan menguras kolam. Kata Zainal yang paling asyik adalah bila panen. Rame-rame mereka menangkap ikan. Ibu Pengasuh memangil pembeli. Malam harinya mereka makan dengan lauk istimewa : ikan bakar dengan lalapan dan sambal yang tidak begitu pedas…
*
Malam itu, sebelum tidur nyaris semua anak masih teringat sahabat barunya di Panti. Lila mengeluarkan kotak kecil dari dalam tas yang siang tadi dicangklongnya. Ia teringat ketika Lisa memeluknya sambil berkata :
 “Mbak Lila… kapan-kapan main lagi ya? “
“Insya Allah” Tiba-tiba Lisa memberikan kotak itu
“Apa ini?”
“Buat Mbak Lila… itu buatanku sendiri, lho…dipakai ya?”
“Terimaksih…..ya, akan aku pakai!”
Lila sangat penasaran ingin melihat isi kotak itu. Wow ..ternyata  bros kerudung berbentuk bunga mawar dari kain flanel berwarna merah dan berdaun hijau  cerah.
Digenggamnya bros itu dengan hati-hati, diangkat ke dadanya   Mbak Lila pasti akan mengunjungimu lagi, Lisa… tunggu ya…. kata Lila dalam hati. Tak terasa air mata meleleh di pipinya…
*
Tidak sampai sebulan setelah kunjungan itu, Danang, Sahid dan Irvan datang ke rumah Lila. Di sana sudah menunggu anak-anak perempuan. Mereka masing-masing membawa kresek. Ada yang nampak keberatan menentengnya!
Setelah semua duduk di lantai teras, bersama-sama mereka mengeluarkan isi kresek. Begitu kesepakatannya, tidak boleh ada yang mendahului! Wooow ternyata  ada banyak benda : buku, topi, dan maianan.
“Sekarang kita kemas barang-barang ini” ajak Lila
“Sudah beli plastik, belum?”
“Oo, beres..”
“Eh, kalau menurutku kita pilih dulu mainan ini…” kata salah seorang anak, “soalnya kata mereka ada mainan yang dilarang…’
“Betul juga.., tapi yang mana… masa’ ini nggak boleh..” kata yang lain sambil menyodorkan harmonika
“Kalau itu sih, boleh! Itu kan mainan pendidikan..”
”Mainan yang mendidik, kaleee..”
“Ya, ya..”
“Boneka?”
“Ya iyalah… Eh, jumlahnya pas tidak?’
“Pas! Sudah kuhitung, semua anak perempuan dapat boneka..”
“Bagus”
Begitulah…..mereka, lima anak laki dan tujuh anak perempuan menyiapkan barang-barang itu, dikemas dan dimasukkan ke dalam kardus. Pada akhirnya hanya ada beberapa mainan dan topi yang tidak ‘masuk daftar”.  Yang paling banyak adalah buku cerita. Yang merasa membawa topi kecewa.
“Begini saja” usul Sahid, “kunjungan yang akan datang, khusus kita bawakan topi  untuk anak laki-laki… yang sekarang nggak enak dong, topi cuma empat, yang mau dikasih lebih dari sepuluh..”
“Ya, betul banget, tuh… “.
Para orang tua mereka sangat terkejut ….ketika hari Jumat siang itu mereka berpamitan mengunjungi Panti.  Rupanya mereka sepakat bikin kejutan jadi sama sekali tidak membiacarkan rencana itu dengan ayah dan ibu. Komentar Pak Budiman bahwa mereka anak manja memang sangat mengena di hati!
 Ada empat kardus cukup berat, Sahid dan Danang bertugas membawa dengan naik becak. Anak laki-laki yang lain naik sepeda. Dan semua anak perempuan naik angkot. Lila dan teman-temannya datang tanpa pemberitahuan lebih dulu. Yang mereka tahu : Jumat  adalah hari libur mengaji.
Anak-anak yang diberitahu langsung berlarian ke lobbi dan mereka berteriak kegirangan! Lila minta ijin kepada Pengurus Panti untuk membawa kardus yang berisi boneka ke kamar anak perempuan.. Begitu juga Danang dan Sahid membawa satu kardus besar  ke kamar Zainal. Dua kardus berisi buku, di bawa Pak Min, pengurus rumah ke perpustakaan…
Lila memeluk Lisa dengan erat, serasa ingin menangis, tapi ditahan sekuat-kuatnya. Lisa adalah anak panti yang paling kecil….Setelah pembagian oleh-oleh, Lila dan rombongannya bermain di halaman belakang. Di sana bertemu dengan anak laki-laki. Ternyata ada kegiatan baru! Mereka sedang menghias beberapa gerobak.
Bercerita anak-anak Panti:
Setiap tahun, sehari atau dua hari sebelum memasuki bulan Ramadhan, Panti mengadakan Pawai Marhaban setelah shalat isya, sebagai tanda suka cita atas datangnya bulan yang penuh berkah. Marhaban artinya selamat datang.
Grobak hias itu akan membawa group rebana keliling kota yang ditarik pelan-pelan dengan sepeda motor.  Di belakang gerobak akan berbaris anak panti dengan seragam putih membawa obor. Pengurus juga mengundang anak-anak dan orang-orang di sekitar Panti untuk mengikuti pawai itu.
Sungguh, sesuatu yang tidak pernah dialami oleh Lila, Firti, Danang, Sahid dan semua anak di tempat mereka tinggal.
Betapa senangnya anak-anak Panti ketika para tamu juga ikut membantu menyelesaikan menghias gerobak.
“Eh, kalian lihat pawainya ya?” ajak salah seorang
“Insya Allah…”
Walapun rombongan Lila tidak disambut dengan rebana, dan pidato sambutan, tetapi mereka tahu bahwa sahabat-sahabat barunya di Panti menyabut dengan tulus dan gembira kedatangan mereka. Tentu Lila dan teman-temannya ingin nonton Pawai Marhaban, tapi… ah, belum tahu juga, ya? Yang lebih memungkinkan adalah ‘oleh-oleh topi’…
Menjelang waktu ashar rombongan Lila meninggalkan Panti dengan bahagia. Betapa lega hatinya, karena telah menyelipkan oleh-oleh khsusus untuk sahabat kecilnya : pembatas buku yang dibuatnya sendiri.. di sana ada tulisan : untuk Lisa yang kusayangi, dari Mbak Lila.
Ia tahu, Lisa akan menyimpan hadiah itu untuk waktu yang sangat lama, seperti dirinya menyimpan bros mawar merah yang menjadi tanda persahabatan mereka. Sungguh pengalaman mengunjungi Panti sangat berkesan bagi semua anak..
***