Oleh:TofikRochadi
Jangan abaikan menit-menit pertama dalam proses
belajar mengajar, karena merupakan waktu yang terpenting untuk satu jam
pembelajaran selanjutnya. Apakah siswa tertarik untuk mengikuti sesi
berikutnya? Apakah siswa timbul keminatan untuk belajar lebih lanjut? Apakah
siswa timbul penasarannya ingin tahu pelajaran yang akan diikuti? Apakah siswa
antusias dan bersemangat untuk beraktifitas berikutnya? Inilah kegiatan awal dalam proses belajar
mengajar yang disebut apesepsi.
“Apersepsi” menurut kamus Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2002: 60) adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu
di jiwanya (dirinya) sendiriyang menjadi dasar perbandingan serta landasan
untuk menerima ide tertentu. Apersepsi punya kedudukan penting dalam kegiatan
pembelajaran. Sehingga tak berlebihan jika Munif Chatib (Gurunya Manusia,
2011:77) menyatakan bahwa menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu
yang terpenting untuk satu jam pembelajaran selanjutnya. Pada menit-menit
pertama itulah apersepsi bisa dilaksanakan.
Dalam sejarahnya orang yang pertama kali mengenalkan
istilah teori apersepsi adalah Johan Friedrich Herbart (1776-1841), seorang
psikolog, filsuf, sekaligus guru ahli yang berasal dari Jerman. Kenyataan bahwa
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran sangat dinamis dan
kompleks sehingga sulit dijelaskan secara sederhana, telah mendorong Herbart
untuk menemukan teori apersepsi.
Hal serupa dapat juga dikaji dalam teori
Quantum Teaching Bobbi DePorter. Rancangan pembelajaran Quantum Teaching
melalui beberapa tahap yang disingkat dengan TANDUR. Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Tumbuhkan
adalah aktivitas yang melibatkan siswa. Pengajar ikut serta dalam jalinan
proses belajar untuk saling memahami dan memuaskan siswa dengan konsep AMBAK
(Apa Manfaatnya Bagiku).
Alami adalah aktivitas memberikan pengalaman kepada
siswa dengan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Saat mempelajari
sesuatu dalam kehidupan nyata, kita sudah punya pengalaman awal, yang
berhubungan dengan suatu konsep. Dengan adanya pengalaman, informasi yang
abstrak akan menjadi konkret. Namai adalah aktivitas penamaan yang
memuaskan hasrat alamiah otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan
mendefinisikan. Tampaknya kegiatan Tumbuhkan, Alami dan Namai dalam Quantum
Teaching ini adalah kegiatan apersepsi itu.
Namun dalam prakteknya, pengalaman saya melakukan
apersepsi tidaklah mudah. Masalahnya, bukan hanya disebabkan oleh kurangnya
penguasaan saya terhadap apersepsi, tapi
juga banyak guru lain yang beranggapan bahwa penguasaan apersepsi hanya
berpengaruh kecil terhadap proses pembelajaran. Karenanya, tidak sedikit guru
yang ketika masuk kelas langsung mengajarkan materi pelajaran. Sebagaimana
ketika saya dulu awal menjadi guru. Ketika masuk ke ruang kelas, saya langsung
mengajarkan materi yang akan diajarkan. Tentu saja setelah memberi salam,
kemudian memberikan instruksi. “Anak-anak!, Ayo buka bukunya halaman 30, dan
kerjakan soal-soalnya!”. atau “Anak-anak, hari ini kita akan belajar
tentang masalah ……!”
Sekarang saya baru sadar, atau pembaca dapat membayangkan bagaimana kondisi kelas
yang terjadi. Pengajar dengan tipe seperti ini, pada detik pertama dia berada
di kelas, langsung mendapat respon negatif dari murid, siswa, atau peserta didik.
Pengajar seperti ini tentu tidak diminati sejak awal masuk kelas.
Bandingkan cara saya mengawali pelajaran
beberapa tahun kemudian. Saya masuk
kelas menyampaikan salam lalu menyampaikan pengalaman menarik terlebih dahulu. Di
waktu yang lain saya juga yang melakukan sekedar permainan seperti tebakan atau
menggerakkan badan disertai tepuk tangan. Adakalanya saya mengajukan
pertanyaan-pertanyaan ringan tapi menantang. Saya terkesan dengan kreatifitas
anak-anak diajak untuk menciptakan yel-yel yang semangat mereka gembira dan
meriah sekali, bahkan tetangga kelas saya merasa terganggu karena agak
riuh. Yel-yel yang diciptakan anak-anak
bervariasi ada yang mengambil lirik lagu populer, ada yang membuat semboyan untuk
terus maju dan sukses, ada pula yang bersorak lucu dan bersemangat. Contoh
yel-yel yang mereka ciptakan:
Mana
dimana, anak paling keren!
Anak
paling keren
ada di (kelas) 8a
Mana
dimana, anak paling jago,
Anak
paling jago ada di 8a
Ayo mulai
belajar !
Ayo mulai
belajar !
Ayo
keren belajar penuh semangat!
SELAMAT
PAGI…. SELAMAT PAGI PAK GURU… SEMANGAT……SEMANGAT…… SEMANGAT….ALLAHU AKBAR…….
Bila kita contohkan nama team yel yel anda adalah "Cantik", maka lagu anak-anak berjudul Ke Puncak Gunung bisa dirubah liriknya menjadi seperti berikut ini:
Bila kita contohkan nama team yel yel anda adalah "Cantik", maka lagu anak-anak berjudul Ke Puncak Gunung bisa dirubah liriknya menjadi seperti berikut ini:
Cantik, Cantik, Pasukan Cantik,
Siap Untuk Beraksi
Naik, Naik, Ketemu Cantik,
Turun Juga Ketemu...
Siap Untuk Beraksi
Naik, Naik, Ketemu Cantik,
Turun Juga Ketemu...
Kiri Kanan, Semua Cantik,
Kami Pasukan Cantik-Cantik,
Kiri Kanan, Semua Cantik,
Kami Pasukan Cantiiik.
Kami Pasukan Cantik-Cantik,
Kiri Kanan, Semua Cantik,
Kami Pasukan Cantiiik.
Bahkan suatu saat saya menunjukkan film atau video-video menarik dan
mengundang pertanyaan dan rasa ingin tahu karena memanfaatkan fasilitas
multimedia, LCD atau VCD di ruang kelas. Contoh bisa dikembangkan adalah vidio
Harun Yahya.
Berbeda lagi yang dilakukan guru lain di ruang
sebelah saya mengajar. Teknik apersepsi
yang biasa dilakukan adalah Fun Story. Fun story atau cerita lucu yang
disampaikan oleh guru pada 5 menit sebelum belajar dimulai akan dapat membuat
otak anak siap untuk belajar sehingga enjoy. Dengan cerita lucu siswa akan merasa relaks dan senang yang ditandai
dengan rona wajah yang ceria, tersenyum, bahkan tertawa. Munif Chatib menyebut
kondisi tersebut sebagai Zona Alfa. Kondisi alfa adalah tahap paling iluminasi
(cemerlang) proses kreatif otak seseorang. Kondisi ini dikatakan sebagai
kondisi paling baik untuk belajar. Sebab, neuron (sel saraf) sedang berada
dalam suatu keseimbangan. Yaitu, ketika sel-sel saraf seseorang melakukan
tembakan impuls listrik secara bersamaan dan juga istirahat secara bersamaan
sehingga timbul keseimbangan yang mengakibatkan kondisi relaksasi seseorang
(Munif,2011:90).
Saya mencoba untuk mempraktekan teknik Fun
Story. Cerita lucu dari pengalaman pribadi atau cerita dari pengalaman orang lain, terkadang
saya ambil dari buku-buku humor, internet dan yang lainnya. Jika ada kemauan
ternyata tidak sulit mencari sumber inspirasi. Ternyata
Fun Story dapat juga berupa, gambar lucu, video lucu, teka-teki.
Berikut
adalah satu contoh cerita lucu yang pernah saya ambil untuk disampaikan sebelum belajar.
“Anak-anak, ada seorang pemuda yang punya kuda
ajaib. Ya, ajaib sebab kuda itu punya password atau kata kunci. Jika ingin
membuat kuda itu mulai berjalan, password-nya kita ucapkan alhamdulilah. Tanpa ucapan itu, si kuda tidak akan mau jalan.
Sebaliknya, jika ingin berhenti, kata kuncinya adalah bismillah. Sang pemuda membawa kuda itu ke kota yang ramai dan
bertemu dengan teman lamanya. Melihat kuda yang demikian bagus, sang teman
ingin meminjam dan menaiki kuda tersebut. Awalnya, si pemilik kuda menolak,
tetapi karena dipaksa, akhirnya pemuda itu rela meminjamkan kuda ajaibnya dan
memberikan password-nya. Begitu diberi tahu, sang teman menaiki kuda dan
mengucapkan alhamdulillah sehingga langsung meringkik dan berlari. Karena
senang kembali mengucapkan alhamdulillah sehingga kuda berlari tambah kencang,
keluar dari kota, memasuki hutan, dan menuju jurang menganga. Penunggang kuda
sangat panik sampai lupa kata kunci untuk berhenti. Jurang di depan tinggal 20
meter lagi, dia masih lupa password untuk berhenti. Jurang sudah berjarak 10
meter, 5 meter, 2 meter. Pada detik terakhir, dia teringat kata kunci untuk
menghentikan kuda, lalu meneriakan bismillah.
Kontan si kuda berhenti di bibir jurang. Begitu melihat dirinya selamat, sang
penunggang kuda mengucapkan alhamdulillah. Kalian bisa menebak sendiri
bagaimana akhir ceritanya”.
Saya tertarik apa
yang sering dilakukan para instruktur widyaiswara karena mereka sering
melakukan Ice breaking. Kegiatan untuk memecahkan kebekuan, membangkitkan
semangat, bahkan bisa digunakan untuk pemantapan konsep dan kembali masuk ke
kondisi alfa. Ice breaking yang bisa diterapkan di kelas yang berfungsi
menciptakan kondisi alfa atau mengembalikan kondisi alfa harus memenuhi
beberapa syarat, yakni (1) Ice breaking dilakukan dalam waktu singkat,
makin singkat semakin baik. (2) Ice breaking diikuti seluruh siswa
(kolosal). (3) Pengajar dapat menjelaskan dengan singkat teaching-point
atau maksud ice breaking dalam waktu tidak terlalu lama. (4) Apabila target
sudah terpenuhi, yaitu peserta sudah kembali senang, segera kembali ke materi.
Kita bisa ambi contoh sebagai berikut:
“APA
KABAR ?”
Jika
saya tanya maka jawablah secara serentak, tetapi jawaban kita sepakati dulu.
Jika saya tanya Bagaimana kabarnya pada pagi hari ini…!
Jawablah
: Alhamdulillah, luar biasa Allahu Akbar…!
Jika
saya tanya : How are you today? Jawablah: Excellent….! Fantastic…!
Sekarang
kita lakukan jawablah serentak. Ok ?
“Apa
kabar pada pagi hari ini…!”
“Alhamdulillah,....
luar biasa.... Allahu Akbar…!”
“How
are you today? “
“Excellent….! Fantastic…!”
“IKUTI
APA YANG SAYA KATAKAN”
Kata kunci kita pada permainan ini adalah “Ikuti
Apa Yang Saya Katakan” Saya sebutkan
beberapa nama binatang, simaklah....
“Ayam-ayam,
itik-itik, ayam itik itik ayam,” (Saya ulangi lagi sampai dua kali). “Ada berapa
ayam?” (Mereka rata-rata bingung dan terdiam, kebanyakan dari mereka minta
agar permainan diulang)
Saya
ikuti kemauan mereka, diulang beberapa kali dengan tetap menyebutkan
instruksi permainan ini. Mungkin akan keluar jawaban-jawaban berupa
angka-angka, saya katakan bahwa semua jawaban salah…! Maka diulangi lagi.
Setelah beberapa lama, siswa sadar terhadap instruksinya, sehingga jawabannya
pun akan benar. Karena yang disuruh bukan menghitung ayam atau itiknya, tapi
untuk mengikuti yang saya katakan.
-Inti
dari permainan ini adalah konsentrasi, untuk mengenali dan melaksanakan
instruksi yang diberikan, bukan untuk menghitung jumlah ayam atau itik.
“TEBAK
APA YANG SAYA KATAKAN”
Perhatikan kata kunci permainan ini: “tebak apa yang saya
katakan”
Saya
tunjukkan jempol dan mengucapkan ini
ayam
Saya
tunjukkan telunjuk dan mengucapkan yang ini sapi
Kemudian
saya menunjukkan jari tengah dan mengucapkan kalo yang ini
kerbau. Sudah paham atau belum? Sekarang kita praktekan untuk mengetest Latihan,
setelah dirasa paham, barulah saya lanjutkan.
Siswa
saya minta menebak apa yang saya
katakan. Saya katakan” Kalo yang ini” tetapi kita menunjuk pada jari
kelingking. Siswa akan bingung dan
protes. Saya ulangi lagi dengan variasi lain. Sampai terjawab dengan benar.
Ketika siswa
telah memahami instruksi diatas, maka ia akan mengikuti kata kunci tanpa
memperhatikan jari mana yang kita tunjukkan. Jawaban yang benar adalah bila
trainer menyebutkan “ini”, maka jawabannya adalah “ayam” dst,
PERMAINAN
WARNA
Berikut ini ada beberapa pertanyaan sangat
mudah yang harus kalian jawab dengan cepat. Baca secara berurutan dan jangan
terlalu lama berpikir. Baiklah, mari kita mulai...
Permainan
warna
Uban warnanya...
Awan warnanya...
Tisu warnanya...
Sapi minumnya...
(Kalau siswa menjawab susu berarti ia kurang konsentrasi.
Sapi minumnya air).
Uban warnanya...
Awan warnanya...
Tisu warnanya...
Sapi minumnya...
(Kalau siswa menjawab susu berarti ia kurang konsentrasi.
Sapi minumnya air).
Oke, lanjut.
Konsentrasi...
Rambut warnanya...
Arang warnanya...
Aspal warnanya...
Kelelawar tidur di waktu...
Kalau anda menjawab malam maka anda masih belum konsentrasi.
Kelelawar tidur di waktu siang.
Sekali lagi ya...
Konsentrasi...
Cendol warnanya...
Lumut warnanya...
Daun warnanya...
Harimau makannya...
Ada yang masih menjawab rumput? Berarti terjebak jawaban yang salah.
Saya
juga mencoba belajar dengan seorang kawan guru seni musik. Ternyata musik
diyakini dapat mengembalikan gelombang otak kembali ke zona alfa. Sudah banyak
penelitian yang menyatakan pengaruh musik dan kekuatan otak. Musik sebagai
bagian dari cara untuk masuk ke zona alfa dapat dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu (1) Musik pada saat peserta masuk kelas, seperti Sonata for Two Pianos
in D, dari Mozart. Paggini for Two dari Nicola Paggini. Atau The
Universal dari Bluer. (2) Musik pada saat proses belajar berlangsung. Ada tiga
jenis, yaitu (a) musik pada saat pengajar melakukan presentasi, seperti Canon
in D dari Johan Pachelbel, Adagio in G Minor dari Thomas Albioni. (b) musik
pada saat melakukan aktivitas, seperti Mediterrano (The Seventh Heaven) dari
GOVI, Rising in Love dari GOVI. (c) musik pada saat melakukan relaksasi,
seperti Nocturne in E Flat Major dari Frederic Chopin, Sumpony No. 6 dari
Beethoven. (3) Musik pada saat proses belajar selesai, seperti We are the
Champion dari Queen, Celebration dari Fun Factory.
Untuk apersepsi juga saya dapatkan dari
beberapa pelatihan motivasi, dapat dilakukan kepada siswa Brain Gym (senam otak). Paul E. Denisson, Ph.D., dari Educational
Kinesiology, AS, adalah orang pertama kali mengenalkan metode terapi brain gym
pada tahun 1990-an. Brain Gym
memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan,
tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari.
Contoh senam otak adalah 1.Tembak kelinci: kanan menembak tangan kiri acungkan dua jari,
dilakukan bergantian. 2.Satu Lima: Tangan kiri buka lima jari tangan kanan buka
satu jari dilakuakan bergantian dengan irama teratur dan dipercepat 3.Cuci
hidung cuci telinga: tangan kanan pegang telinga diling tangan kiri pegang
hidung bergantian. 4. Es krim coklat: Tangan kanan gengam kelingking,
bergantian tangan kiri dilakukan dengan irama teratur. 5.Perut kelaparan kepala
kepanasan: tangan kanan mengelus perut, tangan kiri menepuk kepala dilakukan
bersamaan dan bergantian.6.Tumbuk seterika: tangan kanan menumbuk tangan kiri
menyeterika, dilakukan sebaliknya. 7. Sarang lebah & sarang semut: Tangan
kiri melukis lingkaran tangan kanan melukis segi empat, dilakuakan bersamaan. 8.
Pukul elus: Tangan kanan memukul pinggang
tangan kiri menggosok pinggang’ lalu dilakukan bersamaan dan bergantian.dst.
Kegiatan
“Apersepsi” sangat penting dilakukan pada awal-awal proses pembelajaran.
Setidaknya setiap mengawali pelajaran kita mengaitkan materi pelajaran
sebelumnya atau mengantarkan materi yang akan dipelajari dengan dunia nyata
anak, yang aktual dan segar. Kegiatan apersepsi
dalam arti luas menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran yang akan
berlangsung. Banyak kegagalan dalam proses pembelajaran di kelas karena
mengabaikan apersepsi ini. Kegiatan apersepsi pada hakekatnya membangkitkan
sifat manusia sebagai pembelajaran sepanjang hayat, sebagai manusia yang
memerintahkan diri sendiri, dan yang mengikuti instruksi setelah diberikan
stimulus khusus secara tepat. Apersepsi juga dipahami sebagai menciptakan
kondisi (zona) alfa. Yaitu kondisi paling efektif dalam proses belajar.
Apersepsi dalam dilakukan melalui empat cara, yakni (1) Ice Breaking, (2) Fun
Story, (3) Musik, dan (4) Brain Gym.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar