Kamis, 29 Maret 2012

MENAJAMKAN KECERDASAN


By Tofik Rochadi
Usia semakin bertambah ternyata masalah kehidupan bertambah pula.Saya meraskan tidak seperti waktu muda dulu, terutama rasanya begitu fresh, terutama otak lebih mudah untuk berfikir cepat, apalagi untuk menghafalkan sesuatu lebih mudah nyangkol. Saya tidak tahu apakah karena banyaknya pikiran tentang kebutuhan hidup, hutang, pendidikan anak, pekerjaan, bisnis sampingan, dan urusan lain yang tak terbatas, sesingga otak kita tidak menampung ataukah otak kita semakin terkena erupsi ataupun kontaminasi sehingga tidak sehebat sewaktu anak-anak atau muda.
Para ilmuwan dari University of California, Berkeley, AS, pernah meneliti otak tikus. Mereka menemukan, otak tikus tumbuh sebesar 4 persen saat mereka dipaksa menjalankan tugas mental setiap hari, misalnya mencari jalan keluar dari lorong yang berliku, memanjat tangga, dan bersosialisasi dengan tikus lain. Nah, otak tikus saja bisa dilatih untuk tumbuh, apalagi otak manusia. Makin dilatih, otak kita pasti kian tajam. Kehilangan daya ingat dalam jumlah tertentu pada usia berapa pun menurut saya adalah wajar, sama seperti terjadinya perubahan pada organ tubuh lain.
Saya mendapatkan hikmah dari ustadz Abdul Aziz dari pengajian di mushola belakang rumah saya. Ada cara ampuh membuat otak jadi cerdas. Selain berlatih kemampuan mengamati,mengasah indera, menghafalkan, pempelajari hal yang baru ternyata ada satu rahasia sebagaimana yang pernah dilakukan oleh orang- orang terdahulu seperti Imam Safii yang hafal satu juta hadits diluar kepala. Apa rahasianya? Ternyata adalah Tarokatul Maassyi atau menghindari maksiat.  Coba saja Anda praktekkan! Jika kita meminimalisir pikiran kotor, menyimpang atau berfikir hal-yang tak berguna kearah maksiat, maka pikiran positif kita akan terkalahkan dan tidak fokus.

Jika kita berlatih dan menghindari maksiat  akan memungkinkan sel otak tetap aktif dan jaringan penghubung antarsel otak semakin rapat. Kegiatan mental yang menantang meningkatkan jumlah sirkuit aktif atau sinapsis dalam otak. Semakin banyak sirkuit, semakin banyak asosiasi, makin besar pula kemampuan mengingat.Semoga cara ampuh menajamkan otak tetap cerdas ini dapat bermanfaat bagi anda semua,  dan tak lupa saya tunggu komentarnya yah..
Dari beberapa sumber
Catatan  di Semarang 30 Maret 2012

Hikmah Tertimpa Musibah

By Tofik Rochadi

Kita berkeyakinan bahwa apa yang sedang melanda negeri kita Indonesia adalah musibah atas kehendak-Nya, meskipun segala sesuatu yang terjadi melalui perantara fenomena alam dan ulah manusia.
Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi.
Dalam beberapa tahun terakhir ini bangsa kita "dikejutkan" dengan berbagai macam musibah, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, lahar gunung berapi, kekeringan, banjir bandang, lumpur panas, angin puting beliung dan kecelakaan (kapal laut, pesawat terbang, KA, dan kendaraan darat), sampai-sampai musibah yang menimpa hampir seluruh jamaah haji kita dimana mereka kelaparan saat menunaikan ibadah haji ditanah suci.
Kenapa bangsa kita berturut-turut mengalami musibah bencana alam? Para Alim Ulama, Ustad,Kyai akan berpikir dan bertanya-tanya apa dosa dan kesalahannya sehingga harus mengalami penderitaan yang berat dan berturut-turut?
Bencana alam terjadi akibat ulah tangan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, misalnya karena perambahan hutan digunung, orang-orang membangun gedung yang tinggi menjulang tanpa memikirkan bahwa perlu adanya wilayah resapan air, akibatnya terjadilah banjir dimana air tak lagi ada tempat leluasa mengalir atau meresap.
Alquran Surat Ar-Rum Ayat 41 disebutkan: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar". secara tidak langsung antara lain berbuat kejahatan dan kemaksiatan (perzinaan/prostitusi, percabulan), perjudian, minum minuman keras, pencurian (korupsi). Jika perbuatan itu merajalela akan mengundang datangnya bencana.
Hadis yang diberitakan oleh Ummu Salmah, Nabi Muhammad saw bersabda: "Jika kemaksiatan yang dilakukan oleh umatku semakin jelas ( terbuka ), maka Allah swt akan menimpakan azab kepada mereka semua". Ummu Salmah bertanya: "Apakah termasuk kepada mereka yang saleh?" Nabi menjawab: "Ya, tentu".
Jadi, jika bencana alam menimpa suatu daerah, semua penduduk di daerah itu terkena musibah, tidak membedakan antara yang saleh dan yang jahat. Mengapa orang-orang yang taat kepada Tuhan juga terkena musibah? Karena di pundak orang-orang yang saleh itu terdapat kewajiban melaksanakan amar makruf nahi munkar agar penduduk di daerahnya menjauhi kejahatan dan kemaksiatan.
Menurut pandangan Islam, musibah itu bisa merupakan cobaan, peringatan, bisa pula berupa azab. Maka dari itu, marilah hendaknya kita bisa mawas diri dan merenung, adakah kaitan antara musibah tersebut dengan perilaku mereka, untuk kemudian mereka memperbaiki perilakunya.
Allah swt berfirman dalam Alquran Surat AI-Baqarah Ayat 155: "Dan sesungguhnya Kami akan mengujimu dengan sesuatu cobaan seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan ( bahan makanan ). Namun gembirakanlah orang-orang yang bersabar".
Demikian juga musibah yang menimpa diri pribadi kita berbeda-beda, ada yang diuji sebab anak yang keluar jalur hidup hingga laksana musuh dalam selimut dalam keluarga. Ujian diri kita karena pekerjaan atau jabatan karena kita tidak istiqomah bahkan tidak amanah. Ujian keluarga juga kebanyakan masalah ekonomi yang tiba-tiba bangkrut atau hilangnya sebagian rezeki yang selayaknya diterima. Musibah bagi rumah tangga bisa juga tidak rukunnya keluarga hingga pecah atau terjadi perceraian. Ujian bagi seseorang juga akibat tidak lulusnya seauatu  sesaui apa yang kita harapkan. Di depan kita ujian kehidupan pribadi ini terus menghadang. Tinggal bagaimana memanej musibah ini menjadi ladang beramal dan beribadah agar kelak kita menjadi pemenang dunia akherat.Bukankah Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali dirinya sendiri. Bahkan ujian hidup sudah ditakar sesuai kemampuan diri kita. Selamat menikmati musibah untuk mengangkat derajat kita menjadi lebih bernilai.
(Catatan Galau Hati, Juli 2011)