Jumat, 13 Mei 2016

Mencegah Pelecehan Seksual Pada Anak




Oleh : Tofik Rochadi

Belakangan ini semakin banyak kasus kekerasan seksual pada anak di bawah umur yang terekspos ke media, belum tuntas  kasus pelecehan di sekolah TK JIS. Saya sebagai pekerja di institusi pendidikan menjadi miris terhadap kasus Yuyun, siswi Sekolah Menengah Pertama 5 Satu Atap Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan keji yang dilakukan oleh 14 orang pada 2 April 2016. Ditambah lagi di surabaya. Seorang siswi SMP, yang usianya masih sangat muda berusia 13 tahun , menjadi korban. Digilir 8 Siswa, yang mengejutkan bagi saya mereka 5 SMP dan 3 SD. Tragisnya kasus pencabulan ini sudah terjadi sejak April 2016 dan terus berlanjut hingga terungkap pertengahan Mei 2016.
Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk anak, melakukan hubungan seksual terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti pemeriksaan medis), melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan medis), atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak. (Wikipedia bahasa Indonesia).
Pelecehan seksual pada anak termasuk menunjukkan alat kelamin ke anak, menunjukkan gambar atau video porno, memanfaatkan anak untuk hal berbau porno, memegang alat kelamin, menyuruh anak memegang alat kelamin orang dewasa, kontak mulut ke alat kelamin atau penetrasi vagina atau anus anak – baik dengan cara membujuk maupun memaksa. Pelecehan seksual bisa menimpa siapa saja, baik terhadap anak lelaki ataupun anak perempuan.
Pada kebanyakan kasus pelecehan seksual, pelaku merupakan orang-orang dari lingkungan terdekat seperti tetangga atau teman bermain si kecil. Banyak kejadian bocah balita dinodai oleh anak-anak usia SD karena iseng atau ingin tahu. Pengaruhnya atas anak-anak bisa menghancurkan psiokososial dan tumbuh kembangnya di masa depan. Tindakan pencegahan, pendidikan seksual dan pemberian informasi tentang permasalahan kekerasan seksual, sejak anak berusia 2 tahun, dapat mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Cara mencegah pelecehan seksual pada anak
Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak :
  • Jangan berikan pakaian yang terlalu terbuka karena bisa menjadi rangsangan bagi tindakan pelecehan seksual;
  • Tanamkan rasa malu sejak dini dan ajarkan si kecil untuk tidak membuka baju di tempat terbuka, juga tidak buang air kecil selain di kamar mandi;
  • Jaga si kecil dari tayangan pornografi baik film atau iklan;
  • Ketahui dengan siapa anak Anda menghabiskan waktu dan temani ia saat bermain bersama teman-temannya. Jika tidak memungkinkan maka sering-seringlah memantau kondisi mereka secara berkala;
  • Jangan membiarkan anak menghabiskan waktu di tempat-tempat terpencil dengan orang dewasa lain atau anak laki-laki yang lebih tua;
  • Jika menggunakan pengasuh, rencanakan untuk mengunjungi pengasuh anak Anda tanpa pemberitahuan terlebih dahulu;
  • Beritahu anak agar jangan berbicara atau menerima pemberian dari orang asing;
  • Dukung anak jika ia menolak dipeluk atau dicium seseorang (walaupun masih keluarga), Anda bisa menjelaskan kepada orang bersangkutan bahwa si kecil sedang tidak mood. Dengan begitu anak Anda belajar bahwa ia berwewenang atas tubuhnya sendiri;
  • Dengarkan ketika anak berusaha memberitahu Anda sesuatu, terutama ketika ia terlihat sulit untuk menyampaikan hal tersebut;
  • Berikan anak Anda waktu cukup sehingga anak tidak akan mencari perhatian dari orang dewasa lain.
Untuk anak yang lebih besar:
  • Ajarkan penggunaan internet yang aman - berikan batasan waktu baginya dalam menggunakan internet, selalu awasi situs-situs yang ia buka. Jelaskan juga bahwa tidak semua orang yang ia kenal di internet sebaik yang ia kira, jadi ia tak boleh sembarangan memberi informasi atau bercerita kepada mereka;
  • Minta anak untuk segera memberitahu Anda jika ada yang mengirimkan pesan atau gambar yang membuat anak tak nyaman;
  • Awasi juga penggunaan gadget seperti seperti ponsel atau smartphone jangan sampai anak terekspos dengan hal berbau porno melalui alat-alat tersebut meskipun tidak disengaja karena bisa berdampak pada perkembangan seksual anak.

Memberi pendidikan seks pada anak sejak dini
Mengajarkan pendidikan seks dan informasi terkait upaya pelecehan seksual pada anak memang tidak mudah tapi harus dilakukan sedini mungkin (mulai usia 2 atau 3 tahun) agar anak terhindar dari tindakan pelecehan seksual. Anak-anak yang kurang pengetahuan tentang seks jauh lebih mudah dibodohi oleh para pelaku pelecehan seksual. Berikut beberapa tips dalam memberi pendidikan seks pada anak.
Untuk anak usia kurang dari 3 tahun
Tanpa Anda sadari, Anda sudah memberikan pendidikan seks pada si kecil pada saat mengajarinya membersihkan alat kelaminnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB) sendiri. Hal ini sangatlah baik karena secara tidak langsung mengajari anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya.
Untuk anak 3 - 5 tahun
Ajarkan tentang privasi bagian tubuhnya yang bersifat pribadi, yang hanya boleh disentuh oleh dirinya sendiri, Anda, dan orang lain dengan ijin/kehadiran Anda - misalnya pada waktu ke dokter, jelaskan bahwa dokter hanya mau memeriksa karena itu boleh memegangnya. Tidak perlu mengganti istilah-istilah sensitif dengan bahasa anak-anak supaya anak tidak bingung dan tidak malu membicarakan kondisi yang berkaitan dengan bagian pribadi tubuhnya sendiri.
Untuk anak 5 - 8 tahun
  • Berikan pengertian tentang sentuhan salah yang harus mereka hindari. Sentuhan yang menyenangkan dan baik adalah ciuman saat pamit ke sekolah, pelukan selamat datang dari sekolah, dan juga berjabat tangan dengan orang lain. Sentuhan yang buruk berupa sentuhan pada bagian pribadi anak dan anak harus diajarkan untuk menolak dan memberi tahu Anda jika mengalami sentuhan yang buruk ini;
  • Jadilah tempat berlindung bagi si kecil dan lakukan pembicaraan singkat dari waktu ke waktu. Yakinkan si kecil bahwa ia bisa memberi tahu Anda kapan saja saat ia merasa bingung atau takut akan sesuatu, termasuk jika ada yang menyentuhnya dengan cara yang tidak benar atau yang membuatnya merasa risih. Anak perlu tahu bahwa ada yang suka meraba anak-anak atau menyuruh anak-anak meraba mereka dengan cara yang buruk dan mengerti bahwa hal itu merupakan perbuatan yang salah. Ajarkan anak untuk berani menolak, menjauh dan menghindar dari orang seperti itu. Peringatan ini hanya untuk kewaspadaan saja, tidak perlu membuat anak-anak cemas, ketakutan atau mencurigai semua orang dewasa;
  • Hilangkan perasaan bersalah - yakinkan si kecil bahwa bukan salahnya jika ada yang bersikap secara seksual terhadapnya dan ia harus memberitahu Anda dengan segera. Hal ini bisa bisa menangkal senjata utama para pelaku pelecehan, yaitu berusaha membuat anak merasa bersalah, malu atau takut.
Untuk anak 8 - 12 tahun
Tekankan keamanan diri sendiri. Mulai diskusikan aturan perilaku seksual yang diterima oleh keluarga. Sampaikan pendidikan seksual secara terbuka namun tidak vulgar sesuai dengan tingkat pemahamannya. Persiapkan diri Anda juga karena ketika anak diajarkan mengenai seks, anak akan kristis dan ingin tahu tentang segala hal. Jangan melarang ia bertanya tentang hal-hal tersebut dengan alasan ia masih kecil atau alasan lainnya sebaliknya berikan jawaban yang jelas sesuai usianya.
Untuk remaja
  • Tekankan keamanan diri sendiri. Diskusikan pemerkosaan, pemerkosaan saat kencan, penyakit menular seksual, dan kehamilan yang tidak diinginkan;
  • Ajak anak bicara tentang seksualitas. Pada tahap ini, anak mungkin terintimidasi oleh teman-temannya–termasuk dalam hal-hal yang bersifat seksual. Agar ia tidak mencari tahu ke sumber yang salah, buat anak merasa nyaman untuk membahas hal ini dengan Anda. Cari cara dan waktu yang tepat untuk membicarakannya tanpa membuatnya malu. Tegaskan juga bahwa bukan salahnya jika ada orang yang berbuat tidak senonoh terhadapnya;
  • Berikan penjelasan sejak dini kepada anak tentang siapa saja orang dewasa yang juga dapat ia percayai (selain Anda) pada saat ia mengalami kejadian buruk seperti kekerasan seksual jika ia ragu bercerita pada Anda.

Karakteristik Pelaku Pelecehan Seksual
Pelaku pelecehan seksual pada anak atau pedofil biasanya merayu anak-anak secara bertahap. Pertama-tama, ia memberikan perhatian khusus pada calon korbannya, umumnya anak yang kelihatan tidak berdaya dan penurut sehingga mudah dikendalikan. Ia mungkin juga mencoba mendapatkan kepercayaan orang tuanya dengan berpura-pura menaruh minat yang tulus kepada si anak dan keluarganya. Sedikit demi sedikit, ia mulai mengadakan kontak fisik dengan si anak lewat belaian sayang atau permainan. Ia mungkin sering memberikan hadiah kepada si anak. Selanjutnya, ia mulai memisahkannya dari keluarga atau teman-temannya agar bisa berduaan saja dengan si anak. Setelah si pedofil mendapatkan kepercayaan anak serta orang tua, ia siap beraksi. Ia mungkin memanfaatkan keingintahuan wajar si anak tentang seks, mengajaknya mengadakan "permainan istimewa" rahasia, atau memperlihatkan pornografi kepada anak supaya perilaku demikian tampak normal. Setelah berhasil memperkosa, ia akan berusaha membungkam si anak dengan berbagai taktik licik, seperti mengancam, memeras, dan menyalahkan. Dengan mengenali karakteristik pelaku, Anda akan lebih siap untuk bertindak dalam mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.

Tanda dan gejala pelecehan seksual
Berikut beberapa tanda yang bisa mengesankan adanya pelecehan seksual:
  • Ketakutan yang luar biasa dan mencolok akan seseorang atau tempat tertentu;
  • Respon anak yang tidak beralasan ketika anak ditanya apakah ia telah disentuh seseorang;
  • Ketakutan yang tidak beralasan akan pemeriksaan fisik;
  • Menghindari hal-hal terkait buka pakaian;
  • Membuat gambar-gambar yang menakutkan atau menggunakan banyak warna merah dan hitam;
  • Perubahan perilaku yang tiba-tiba (misalnya jadi lebih diam dan patuh, atau sebaliknya jadi gampang marah);
  • Gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan ngompol);
  • Menarik diri atau depresi;
  • Kesadaran akan alat kelamin dan tindakan serta kata-kata seksual;
  • Upaya untuk membuat anak lain melakukan tindakan seksual.
Tanda-tanda fisik pelecehan meliputi memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas (indikasi seks oral), dan penyakit menular seksual, seperti gonore atau herpes. Pada pemeriksaan, dokter akan melihat adanya perubahan alat kelamin atau anus yang menunjukkan pelecehan.

Jika anak Anda mengalami pelecehan seksual
Yang penting, anggap serius namun tetap tenang. Percayai apa yang dikatakan anak meskipun mungkin terdengar tidak logis, karena persepsi dan pemahaman Anda kemungkinan berbeda dengan anak. Bantu anak Anda memahami bahwa pelecehan tersebut bukan salahnya dan menceritakannya adalah perbuatan yang benar. Berikan sebanyak mungkin cinta dan rasa nyaman. Jika Anda marah atau terkejut, jangan biarkan anak Anda melihatnya dan berpikir bahwa emosi Anda ditujukan kepadanya. Beri tahu anak betapa pemberaninya ia telah memberi tahu Anda. Kemudian, beri tahu seseorang dan cari bantuan. Bicarakan dengan dokter anak Anda, konselor, polisi, atau guru. Ada juga beberapa lembaga yang bisa membantu Anda jika anak Anda mengalami pelecehan seksual antara lain Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) - Kpai.go.id, Komisi Nasional Perlindungan Anak - komnaspa.or.id, Komnas Perempuan, Lembaga Bantuan Hukum APIK - lbh-apik.or.id.
Tindakan-tindakan pencegahan pelecehan seksual pada anak sebaiknya dimulai sedini mungkin, karena jumlah kasus pelecehan pada anak mencakup anak prasekolah. Dengan demikian, diharapkan anak akan terhindar dari resiko kekerasan seksual yang dapat menimpanya. Semoga bermanfaat. (13 Mei 2016) ***