Oleh: Tofik Rochadi,S.Pd. MPd.
SEDIKITNYA ada dua
faktor besar dalam keberhasilan kurikulum 2013. Pertama, penentu, yaitu
kesesuaian kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dengan kurikulum
dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur; (1)
ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan
standar pembentuk kurikulum; (2) penguatan peran pemerintah dalam pembinaan
dan pengawasan; dan (3) penguatan manajemen dan budaya sekolah.
Perjalanan implementasi kurikulum 2013
dimulai pengembangan kurikulum tahun 2011- 2012. Persiapan buku, guru, kepala sekolah dan pengawas
sekolah tahun 2012-2013. Pelaksanaan
bertahap bagi sekolah, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan siswa tahun 2013-2016. Pelaksanaan menyeluruh bagi sekolah, guru, kepala sekolah,
pengawas sekolah, dan
siswa pada tahun 2016 - .
Kita ketahui bahwa pengawalan implementasi
kurikulum 2013 yang telah diujicobakan pada sekolah model telah dilakukan
beberapa kegiatan antara lain pengadaan buku ajar dan buku pegangan guru,
pelatihan bagi guru, kepala sekolah, pengawas, dan pendampingan kepada sekolah
sasaran, evaluasi dan monitoring.
Monitoring adalah
proses mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan evaluasi adalah proses membandingkan, menganalisis, dan
memutuskan hasil dari suatu kegiatan terhadap kriteria dan tujuan yang telah
ditetapkan. Tanggal 18 s.d. 20 Desember
2013 di Jakarta telah dilaksanakan Lokakarya Hasil Monitoring dan Evaluasi
Implementasi Kurikulum 2013. Berikut ini kita akan mencermati paparan hasil
monitoring, khususnya dalam implementasi proses pembelajaran kurikulum 2013
yang disampaikan oleh Prof. Ir. Abdullah Alkaf, M.Sc. Ph.D (Staf Ahli Menteri
Bidang Organisasi dan Managemen), Tjipto Sumadi, M.Si (Ketua Unit Implementasi
Kurikulum Kemdikbud) dan Prof. Dr.
Furqon (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan).
Komponen monev pertama adalah buku, mulai dari penyiapan, pengadaan dan
distribusinya. Kedua unsur guru terdiri dari pelatihan, pendampingan, proses
pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Ketiga manajemen dan budaya terdiri
dari pelatihan, pendampingan, manajemen
pembelajaran dan layanan siswa. Karena itulah, maka responden yang
dilibatkan adalah : guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, siswa, orang tua, dan
komite sekolah.
Jika kita mencermati proses
pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru sekolah model kurikulum 2013,
ternyata masih terdapat beberapa catatan penting. Kita ambil contoh menurut
pengamatan kepala sekolah bahwa penerapan
pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran di dalam kelas belum sesuai yang diharapkan, secara statistik
diperoleh data sebagai berikut; guru SD 12 % belum sesuai, 59% sesuai dan 29% sangat sesuai. Guru SMP 12 % belum sesuai, 56% sesuai dan 32% sangat sesuai. Guru SMA 10 % belum sesuai, 33% sesuai dan 57% sangat sesuai. Guru SMK 6 % belum sesuai, 33% sesuai dan 61% sangat sesuai. Jika dirata-rata data tersebut yang telah
sesuai SD; 88%. SMP; 88%, SMA; 90%, dan SMK; 94%.
Pemahaman Guru tentang Penilaian Otentik dan aplikasinya dalam
proses pembelajaran di dalam kelas, menurut kepala sekolah diperoleh data sebagai berikut; guru SD 17 %
belum sesuai, 60% sesuai dan 23%
sangat sesuai. Guru SMP 3 % belum
sesuai, 16% sesuai dan 81% sangat sesuai. Guru SMA 15 % belum sesuai, 36% sesuai dan 49% sangat sesuai. Guru SMK 6 % belum sesuai, 33% sesuai dan 61% sangat sesuai. Jadi disimpulkan dari data yang terkumpul yaitu; SD; 83%. SMP; 97%, SMA; 85%, dan SMK; 94%.
Pemahaman Guru tentang
pembelajaran remedi dan pengayaan bagi peserta didik yang memerlukannya dalam proses pembelajaran di
dalam kelas telah dipahami oleh guru. Menurut kepala sekolah diperoleh data sebagai berikut; Guru SD 14 %
belum sesuai, 58% sesuai dan 28%
sangat sesuai. Guru SMP 15 % belum
sesuai, 52% sesuai dan 33% sangat sesuai. Guru SMA 22 % belum sesuai, 35% sesuai dan 43% sangat sesuai. Guru SMK 13 % belum sesuai, 44% sesuai dan 43% sangat sesuai. Hal ini jika dirata-rata yang
telah sesui dari data tersebut; SD; 86%. SMP; 85%, SMA; 78%, dan SMK; 87%.
Pemahaman Guru tentang
konsep dan aplikasi penilaian berbasis portofolio dalam proses pembelajaran di dalam kelas telah
dipahami oleh guru. Menurut
kepala sekolah diperoleh data sebagai berikut; Guru SD 17 % belum sesuai, 62% sesuai dan 21% sangat sesuai. Guru SMP 15 % belum sesuai, 36% sesuai dan 49% sangat sesuai. Guru SMA 24 % belum sesuai, 29% sesuai dan 47% sangat sesuai. Guru SMK 14 % belum sesuai, 26% sesuai dan 60% sangat sesuai. Hal ini jika dirata-rata yang
telah sesui dari data tersebut; SD; 83%. SMP; 85%, SMA; 76%, dan SMK; 86%.
Pemahaman Guru tentang konsep dan aplikasi penilaian diri, menurut
Kepala Sekolah, cukup dipahami guru. Catatan untuk SMA: Guru masih memerlukan
peningkatan pemahaman tentang Penilaian Diri. Hasil monitoring diperoleh data sebagai berikut; Guru SD 26 %
belum sesuai, 58% sesuai dan 16%
sangat sesuai. Guru SMP 15 % belum
sesuai, 49% sesuai dan 36% sangat sesuai. Guru SMA 36 % belum sesuai, 26% sesuai dan 38% sangat sesuai. Guru SMK 20 % belum sesuai, 30% sesuai dan 50% sangat sesuai. Hal ini jika dirata-rata yang
telah sesui dari data tersebut; SD; 74%. SMP; 85%, SMA; 64%, dan SMK; 80%.
Sekarang
mari kita lihat menurut pandagan siswa (peserta didik); cara guru
menyampaikan materi dipahami dengan mudah, menarik dan menyenangkan selama
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari data yang telah
sesuai harapan, yaitu; SD; 80%, SMP; 91%, SMA; 80%, dan SMK; 86%. Sedangkan lebih detail ditemukan catatan bahwa pembelajaran saintifik masih diartikan guru masuk ke kelas dan menugaskan
siswa untuk presentasi, menurut
siswa guru belum kreatif untuk mendorong minat
belajar
siswa, masih
diartikan guru hanya melakukan kegiatan ritual
saja.
Guru memberi kesempatan siswa untuk mengamati,
merumuskan pertanyaan, mengumpulkan data/informasi, mengolah data/informasi, dan mengomunikasikan, dalam hal ini melakukan
proses pembelajaan, guru telah
menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik. Data tersebut
dapat dicermati melalui informasi data sebagai berikut: SD; 90%, SMP; 86%, SMA; 89%, dan SMK; 96%. Bahkan
secara detail ditemukan bahwa keterkaitan
antar Kompetensi Inti (KI) kurang dimengerti oleh guru (KI 1 dan KI 2), pembelajaran
projek masih menjadi kendala bagi guru. Guru belum memahami
materi metakognisi. Waktu
yang tersedia dirasakan tidak cukup untuk menyampaikan seluruh materi.
Menurut
siswa (peserta didik), dalam hal
layanan kesiswaan secara administratif yang diberikan sekolah, sudah memuaskan.
Data tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: (SD; datanya belum terekam), SMP; 85%, SMA; 80%, dan SMK; 92%.
Menurut
Pengawas, penerapan pendekatan saintifik dalam
proses pembelajaran di kelas telah memuaskan. Hal ini ditunjukkan melalui data
berikut. SD; 90%,
SMP; 81%, SMA; 87%, dan SMK; 90%
Solusi dan
Tindak Lanjut
Mencermati
hasil menitoring dan evaluasi khususnya proses pembelajaran di sokolah, maka
perlu dicarikan solusi untuk tindak lanjut implementasi kurikulum 2013 di tahun
2014.
Pertama perlu ada
peningkatan kompetensi guru dalam metode pembelajaran dengan berbagai upaya pelatihan guru. Kegiatan ini bisa
bentuk workshop
dengan sistem klinik dan aplikasi langsung. Metode
lesson study bisa disarankan dan melalui
pendampingan yang intensip oleh guru inti, pengawas sekolah dan Tim Pengembang
Kurikulum Kabupaten. Hal ini juga perlu
ditegaskan bahwa metode saintifik bukan satu-satunya
metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran karena tidak ada satu metode pun yang paling baik untuk semua.
Kedua
Peningkatan pemahaman proses pembelajaran melalui
Bimbingan Teknik (bimtek) MGMP, MGMP
cluster, sehingga guru dilatih pembuatan RPP dan penerapannya dalam proses pembelajaran. Guru perlu diberi contoh-contoh kongkrit cara
mengaitkan Kompetensi Inti (KI)-1 dan KI- 2 dengan KI-3 dan KI-4, guru perlu disediakan model RPP yang layak menurut
ketentuan Kurikulum 2013.
Ketiga
Perlu pembiasaan untuk melaksanakan pendekatan saintifik, untuk memudahkan
guru memahaminya perlu disediakan video model pembelajaran dengan
metode-metode yang diterima oleh kurikulum
2013.
Keempat agar
kegiatan pembelajaran yang bersifat saintifik dapat dilaksanakan dengan baik
dan hasilnya maksimal, maka durasi setiap jam tatap muka untuk mata pelajaran yang alokasi waktunya: 2 (dua) jam dan 3 (tiga) jam pelajaran perminggu agar dibuat satu kali
tatap muka. Lebih
dari 3 (tiga) jam pelajaran perminggu agar dibuat dua kali
tatap muka. Sedangkan, kompetensi
guru dalam melaksanakan remedial untuk pendekatan ilmiah yang belum memadai, perlu pendampingan untuk
mampu mengidentifikasi tahapan yang belum tuntas dalam pendekatan ilmiah.
Kelima Pemahaman guru tentang
konsep dan aplikasi penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, penilaian ulangan harian, penilaian
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian
tingkat kompetensi diperlukan bimtek dan pendampingan khususnya terkait dengan penilaian. Disarankan sekolah perlu
membuat kegiatan untuk pembinaan
berkelanjutan bagi guru dalam implementasi Kurikulum 2013 di tahun 2014, melalui MGMP sekolah,
kegiatan workshop, lokakarya,
dan sebagainya. Pembiayaan kegiatan ini
dapat menggunakan dana BOS atau BOS daerah atau dukungan komite sekolah.
Menyikapi persoalan
penilaian terutama penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan agar
diperbolehkan menggunakan sebagian dari teknik-teknik yang disebutkan dalam
Standar Penilaian (tidak harus menggunakan keseluruhan teknik karena sangat
berat). Perlu di sikapi juga bahwa rapor
yang konon membuat guru “repot” sebaiknya
dibuat satu halaman untuk setiap mapel, dan pencapaian kompetensi setiap
peserta didik pada rapor ditulis oleh guru mata pelajaran dan boleh diketik
atau dengan sistem kumputer.
Keberhasilan
Implementasi kurikulum 2013 ditahun 2014 sangat tergantung peran berbagai pihak
dan wacana ini sekedar sumbangsaran menyikapi hasil monitoring dan evaluasi
implementasi kurikulum 2013 agar tahun 2014 terlaksana mendekati harapan bahkan mengeliminasi
keterbatasan. (*)