Rabu, 01 Januari 2014

MOS MENDIDIK ATAU MENYIKSA



Oleh: Tofik Rochadi, S.Pd.MPd.
Setiap tahun ajaran baru pada sekolah menengah pertama (SMP) maupun sekolah menengah atas (SMA atau SMK) sudah menjadi ajang kegiatan rutin baik sekolah negeri maupun swasta untuk memperkenalkan siswa  pada sekolah barunya, yang dikenal dengan istilah Masa Orientasi sekolah atau MOS.
Pada dasarnya, MOS memiliki sebuah haluan  dasar yang pada intinya mendidik dan memperkenalkan dunia baru dalam sekolah baru. Pendidikan dan perkenalan ini dilakukan dan merupakan program awal masuk sekolah, tetapi kebanyakan  dilaksanakan  oleh para siswa siswi lama yang masih bersetatus pelajar di sekolahnya. OSIS sebagai pelaksana umum acara kegiatan MOS sudah barang tentu mendapatkan ijin dan persetujuan dari pihak kesiswaan maupun sekolah.
Kebijakan yang diterapkan pun berbeda beda, baik dalam penetuan waktu dan durasi MOS, hingga penentuan kegiatan yang berkaitan dengan MOS. Hanya saja, hampir setiap tahun acara kegiatan orientasi siswa tersebut selalu mendapatkan berita miring dan kendala. Sudah banyak sekali berita di media tentang pergeseran makna orientasi sebagai sarana mendidik dan membimbing para siswa siswi baru menjadi pemerasan fisik hingga pelemahan mental.
Acara berkedok pendidikan dan pengenalan siswa baru ini acapkali menjadi ajang “balas dendam” siswa siswi lama yang telah terlebih dahulu mendapatkan perilaku serupa selama menjalani Masa Orientasi Siswa sebagai siswa siswi baru.
Tindakan “Semena-mena” seperti itu sangat tidak pantas dilakukan oleh kaum terpelajar baik jenjang sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Cara membalas perbuatan yang sama kepada adik adik baru mereka yang pada dasarnya tidak memiliki kesalahan yang berarti bukan merupakan perilaku yang baik jika dilihat dari norma sosial maupun norma agama. Bukankah lebih baik jika kita “membalas” tindakan yang pernah kita alami dalam acara orientasi itu dengan sebuah perubahan dan kebaikan? Dengan tujuan mengembalikan koridor awal dari tujuan semula acara MOS, yaitu sebagai acara untuk memperkenalkan siswa siswi baru pada sekolah barunya.
Fenomena umum orientasi siswa baru yang terjadi pada masa sekarang adalah berbentuk setumpuk tugas yang berat yang diberikan para panitia MOS kepada siwa siswi baru. Sehingga diplesetkan Membuat Orangtua Sibuk (MOS). Seperti pengharusan penambahan barang bawaan yang sesuai dengan ketentuan setiap harinya. Hal ini pada dasarnya tidak memiliki peran penting dalam bidang pendidikan yang akan mereka terapkan nanti di sekolah. Pemberlakuan pemakaian atribut yang menyusahkan siwa siswi baru. Mulai dari penggunaan kuncir rambut yang berlebihan bagi siswi putri hingga tugas berat lainnya yang jika dilihat menggunakan akal sehat tidaklah memiliki fungsi yang berarti dan bahkan tampak tidak senonoh. Itupun belum termasuk hukuman yang berupa kekerasan mental dan bentakan yang melemahkan mental mereka kepada siswa siswi baru yang melanggar dan tidak mematuhi peraturan yang diberikan oleh para kakak kelas mereka. Terkesanlah orientasi siswa baru ini hanya kekerasan dan penyiksaan terselubung.
Perlakuan yang tidak adil terhadap para siswa siswi baru ini  sudah selayaknya ditinggalkan apalagi sebagai generasi yang berpendidikan .Jika dalam kasus ini para panitia pelaksana MOS ini ingin merasa dihargai,dihormati, dan dikenal oleh para adik kelas mereka, bukankah lebih baik mereka berperilaku yang baik, memberikan contoh contoh yang baik, mengadakan acara yang baik, yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang sesuai dengan norma yang ada, untuk diberikan kepada para siswa siswi baru disekolah tersebut.
Acara MOS seharusnya berpedoman pada aturan Buku Kalender Akademik Bab III Awal Kegiatan Pelajaran. MOS  adalah ajang sambutan selamat datang yang ramah bagi siswa siswi baru, berisikan pembekalan materi yang berfungsi sebagai pembentukan kepribadian mereka kearah yang lebih baik. Sebagai contoh pemberian ceramah Rohani atau ceramah Motivasi, layaknya seminar seminar dikalangan kaum terpelajar.
Kemudian memperkenalkan segala sesuatu yang ada di sekolah tersebut secara lebih detail kepada adik adik baru mereka. Memperkenalkan lingkungan sekolah, kebijakan kebijakan sekolah, dan peraturan peraturan sekolah dengan tujuan agar para siswa siswi baru dapat lebih mengerti dan mengenal jauh lebih dalam tentang sekolahnya. Untuk jangka waktu selama mereka bersekolah di sekolah tersebut.
Pengebangan bakat dan minat mereka juga sebaiknya diberi apresiasi lebih pada masa Orientasi. Seperti lomba mata pelajaran atau lomba kreativitas antar sesama peserta MOS untuk meningkatkan tingkat kemampuan mereka, baik pada level Akademik maupun level Non Akademik.
Marilah kita lebih bisa memperlakukan para siswa siswi baru secara adil, secara lebih layak selaku sesama warga sekolah. Sudah saatnya kita lebih menjunjung Hak Asasi Mereka. Meninggalkan bentuk kekerasan baik mental maupun fisik.
Pihak Kepala sekolah dan guru cukup strategis untuk mengkodisikan dan menyusun program MOS yang baik sehat dan edukatif. Sekolah tersebut adalah sekolah yang melarang total kekerasan atau pemojokan dan perendahan mental bagi seluruh warga sekolah.
Marilah sebaiknya dengan besar hati kita membentuk  sekolah berkarakter dimulai dari kegiatan MOS. Kegiatan awal sekolah untuk membangun citra yang baik bagi sekolah bukan hanya memiliki catatan bagus dalam bidang edukasi, tetapi juga bisa dibentuk dengan cara pembentukkan akhlak dan perilaku para siswa siswi dan penghuni sekolah tersebut. Sehingga kesan cerdas tidak berdiri sendirian dalam perannya memberikan kontribusi bagi sekolah, tetapi dapat disandingkan dengan perilaku yang lebih bermartabat dan bermoral dikalangan para siswa. Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk merealisasikan hal ini adalah dengan pelarangan kekerasan  bagi seluruh warga sekolah, baik berupa mental maupun fisik. Kegiatan kegiatan yang sebaiknya mengarah pada arah edukatif dan lebih normatif sebagai implementasi sifat cerdas dan memiliki moral yangberkarakter , bermartabat tinggi.
Kita wajib berbenah dalam hal ini.Mengubah dan membenahi penyelewengan yang terjadi pada masa Orientasi kepada tujuan dan gagasan awal terbentuknya kegiatan ini. Memperlakukan para siswa siswi baru secara lebih persuasif dan normatif, selayaknya warga sekolah yang lain dengan tanpa mendiskriminasikan mereka. Kita berharap ada sebuah perubahan total dalam masalah yang sering dipergunjingkan ini. Berharap adanya kesadaran yang dapat membuka mata hati pengelola sekolah. Mengharapkan sebuah perlakuan yang lebih adil antar sesama manusia. Mencoba memberikan sudut pandang yang baru tentang perlakuan MOS yang lebih bisa diterima dan dihargai. Jika ada tekad pasti bisa! ***
Penulis adalah pemerhati pendidikan Kasi Pendidikan SMP Dinas Dikpora Kab. Tegal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar